Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (2/2/2023). Penguatan rupiah terjadi usai pengumuman the Fed mengenai kebijakan suku bunga.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,77 persen atau 115 poin ke level Rp14.860. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,21 persen ke level 101.
Sejumlah mata uang kawasan Asia yang turut dibuka menguat adalah peso Filipina naik 0,98 persen, ringgit Malaysia naik 0,82 persen, dolar Taiwan naik 0,60 persen, baht Thailand naik 0,43 persen, yuan Cina naik 0,39 persen, dolar Singapura naik 0,20 persen, won Korea Selatan naik 1,11 persen, dan dolar Hong Kong naik 0,02 persen.
Mata uang Asia yang dibuka melemah terhadap dolar AS pagi ini hanyalah rupee India yang turun 0,01 persen.
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) berpotensi memicu penguatan rupiah terhadap dolar AS. Gubernur the Fed Jerome Powell mengatakan tekanan inflasi di AS mulai menurun. Terlebih lagi situasi ketenagakerjaan di AS juga masih cukup bagus.
"Ini membuka ekspektasi bahwa the Fed akan menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih longgar tahun ini," ujar Ariston kepada Bisnis, Kamis (2/2/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan hasil rapat FOMC memberi kelegaan pada pasar keuangan. Adapun indeks saham Asia sebagai aset berisiko terlihat menguat pada pagi ini
Ariston menyebut rupiah berpeluang menguat ke arah Rp148.50 dengan potensi resisten di kisaran Rp15.000.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya mengatakan dolar pada perdagangan kemarin sempat naik terhadap sejumlah mata uang negara lain karena investor mengantisipasi pertemuan Federal Reserve atau The Fed. Pasar memposisikan diri terkait kenaikan suku bunga dan potensi hawkish dari bank sentral.