Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Pasar Saham jika The Fed Kerek Suku Bunga Lagi

The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin dan memengaruhi IHSG.
The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin dan memengaruhi IHSG. Bisnis/Arief Hermawan P
The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin dan memengaruhi IHSG. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – IHSG diperkirakan akan dipengaruhi hasil rapat The Fed atau FOMC Meeting pada Rabu (1/2/2023) atau Kamis (2/4/2023) dini hari. The Fed diperkirakan mengerek suku bunga lanjutan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,34 persen ke level 6.862,25 pada perdagangan Rabu (1/2/2023). Sepanjang perdaganan, IHSG bergerak dari posisi terendah di 6.850 sampai tertinggi di 6.893.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan wajar jika IHSG agak “grogi“ bergerak di area resistance 6.900.

“Tapi sungguh nyata IHSG mati-matian bertahan di support MA10 dan MA50, persis di angka 6.839 titik closing kemarin. Rasanya pelaku pasar minggu ini cenderung wait and see berhubung banyak faktor data makroekonomi yang ditunggu,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/2/2023).

Beberapa data yang dinantikan pelaku pasar di antaranya pengumuman data inflasi Januari Indonesia, hasil keputusan FOMC meeting nanti malam dan komentar Jerome Powell terkait kenaikan suku bunga, serta keputusan Bank Sentral Eropa dan Inggris Kamis besok beserta plus statement para pejabatnya.

Selain itu, ditutup dengan data payroll US pada Jumat karena data ketenagakerjaan ini besar pengaruhnya untuk para pejabat The Fed dalam tentukan arah kebijakan moneter ke depannya.

“Inflow asing masih agak gamang walau sudah terdeteksi mulai masuk, sayangnya lebih banyak porsi masuk ke SBN ketimbang pasar saham,” kata Liza.

Liza menyebutkan, para fund managers diperkirakan akan mulai lebih "risk-on" alias lebih punya minat ke instrumen yang lebih beresiko seperti saham, di negara berkembang seperti Indonesia, jika perlambatan ekonomi mulai terukur. Misalnya, kenaikan suku bunga berjilid-jilid ini mulai menampakkan efeknya inflasi melandai, pasar tenaga kerja terkontraksi, dan payroll turun.

“Sedikit resesi perlu terlihat dan soft-landing inilah yang diharapkan oleh Federal Reserve untuk kemudian mereka boleh mengerem laju kenaikan suku bunga, walau berhenti naik apalagi pivot itu masih kurang realistis jika diharapkan terjadi pada 2023,” ungkapnya.

Sementara itu, Bank sentral AS Federal Reserve diperkirakan menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin pada akhir Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) pada 1 Februari 2022 (Kamis dini hari, WIB).

Selain itu, The Fed juga diperkirakan mulai mempertahankan suku bunga acuan setelah pertemuan pada Maret jika lebih banyak data yang mendukung bahwa inflasi telah melandai. Hal ini berarti The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan bulan Mei mendatang. 

Proyeksi ini didasarkan oleh paparan proyeksi kenaikan dari anggota dewan gubernur The Fed Christopher Wallen, yang merupakan pendukung awal strategi kenaikan suku bunga The Fed tahun lalu.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (1/2/2023), The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan ke kisaran target 4,5 - 4,75. Hal ini berarti The Fed memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 basis poin pada bulan Desember dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.

Pada pertemuan Desember, para pejabat the Fed memproyeksikan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga jika telah mencapai 5 persen, namun pelaku pasar memperkirakan bahwa mereka akan mulai berhenti menaikkan suku bunga sedikit di bawah level tersebut.

Para gubernur bank sentral AS telah mengatakan bahwa data inflasi bulan Oktober, November dan Desember yang stabil merupakan berita yang disambut baik, namun mereka masuk perlu menantikan lebih banyak data lagi.

"Argumennya hanyalah apakah The Fed harus berhenti sejenak setelah ada data (inflasi) tiga bulan tersebut, atau jeda sejenak setelah melihat data dalam enam bulan. Dari sisi manajemen risiko, saya butuh enam bulan data, bukan hanya tiga," ungkap Waller pada 20 Januari lalu.

Data yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti naik 2,2 persen dalam tiga bulan hingga Desember 20-22 (yoy) dan 3,7 persen selama enam bulan terakhir. Angka ini melambat dari 4,4 persen dalam 12 bulan terakhir

Jika tren ini berlanjut selama tiga bulan lagi sesuai dengan argumen Waller, The Fed akan memiliki banyak data positif yang meyakinkan rencana menghentikan laju kenaikan suku bunga pada pertemuan 2-3 Mei mendatang.

Ekonom Deutsche Bank Brett Ryan mengatakan tren kenaikan suku bunga menjadi kini mulai mendekati akhirnya.

"Sekarang ini bukan tentang kecepatan (kenaikan suku bunga). Ini tentang titik akhir dan kita harus merasakan di mana titik akhirnya," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper