Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bio Farma Mau Investasi Rp200 Miliar untuk Pengobatan Berbasis Nuklir

Bio Farma menilai Inuki memiliki karyawan yang memiliki kompetensi dalam produk berbasis nuklir atau radiofarmaka.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir. - Bio Farma
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir. - Bio Farma

Bisnis.com, JAKARTA — Holding BUMN Farmasi PT Bio Farma (Persero) berencana melakukan investasi hingga Rp200 miliar kepada PT Industri Nuklir Indonesia (Persero) alias Inuki untuk mengembangkan pengobatan berbasis nuklir.

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan dana Rp200 miliar dinilai cukup untuk membesarkan Inuki. Dia menyebut investasi tersebut dapat balik modal dalam kurun waktu lima tahun.

“Cukup untuk membesarkan Inuki sambil kita cari peluang untuk pengobatan berbasis nuklir lainnya,” ujar Honesti dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa (24/1/2023).

Lebih lanjut, dia mengatakan Inuki memiliki potensi yang langka dalam industri nuklir terlebih lagi sudah memiliki sertifikasi. Inuki juga memiliki karyawan yang memiliki kompetensi dalam produk berbasis nuklir atau radiofarmaka, sehingga Bio Farma juga berencana mengembangkan bisnis Cyclotron.

Honesti menyebut dengan bisnis tersebut Inuki dapat memasok Cyclotron ke beberapa rumah sakit BUMN. Saat ini, terdapat 72 rumah sakit BUMN yang nantinya akan akan dipasok oleh Inuki untuk produk pengobatan berbasis nuklir.

“Studi kelayakan sudah jadi dan kita akan mulai program di 2023,” terangnya.

Berdasarkan prognosa, pendapatan Bio Farma sebagai parent company atau perusahaan mencapai Rp10,78 triliun sepanjang 2022. Angka ini turun 64 persen dibandingkan capaian Rp30,32 triliun pada 2021.

Dari total pendapatan 2022, sebanyak Rp6 triliun berasal dari produk penanganan pandemi Covid-19, dan Rp4,61 triliun merupakan vaksin untuk non-Covid.

Kemudian prognosa laba Bio Farma sebesar Rp905 miliar atau turun 53 persen dari Rp1,91 triliun pada 2021.

Sementara itu, total aset Bio Farma menurun dari Rp34,48 triliun di akhir tahun 2021 menjadi Rp27,15 triliun berdasarkan prognosa 2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas menurun 68,72 persen dari Rp11,8 triliun pada 2021 menjadi Rp3,69 triliun prognosa 2022.

Honesti menyebut penurunan aset disebabkan oleh depresiasi karena terdapat aset yang sudah menjadi inventori dan penjualan diberikan kepada Kementerian Kesehatan.

“Angka-angka ini memang di industri farmasi berkisar segitu. Jadi kalau kita compare industri pun rasio keuangan kita berada level yang setara dengan industri mungkin sedikit lebih baik dari industri-industri tertentu,” jelasnya.

Bio Farma juga menunggu berapa produksi vaksin IndoVac yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk 2023. Hal ini lantaran kadaluarsa produk sudah mulai berjalan ketika IndoVac diproduksi.

Adapun Bio Farma masih memiliki bahan baku 5 juta dosis tersedia, dan sebanyak 5 juta dosis IndoVac sudah diberikan kepada pemerintah pada Desember 2022. Izin Emergency Used Authorization (EUA) juga sudah diperoleh untuk menggunakan IndoVac sebagai vaksin booster bagi warga lanjut usia (lansia) dan remaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper