Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi grup BUMN, PT Phapros Tbk (PEHA), fokus menjalankan 5 strategi utama dalam transformasi bisnis dan keuangan demi meningkatkan kinerjanya pada tahun ini.
Plt. Direktur Utama PT Phapros Tbk. Ida Rahmi Kurniasih menyampaikan kelima strategi utama ini telah berjalan sejak tahun lalu dan tetap dilanjutkan lagi pada 2025 untuk memperkuat fundamental bisnis dan meningkatkan penjualan sehingga dapat mencetak profitabilitas berkelanjutan.
"Kami fokus dalam mengimplementasikan 5 grand strategy ini untuk mewujudkan kinerja berkelanjutan. Untuk strategi penguatan portofolio produk misalnya, Phapros akan meningkatkan market share dan smart supply chain. Kemudian untuk penguatan produk baru, kami terus melakukan inovasi untuk menghasilkan produk-produk baru," ujar Ida, dikutip Rabu (28/5/2025).
Adapun, strategi pertama yakni memperkuat keuangan yang berkelanjutan melalui restrukturisasi hutang perbankan dan efisiensi di segala aspek.
Kedua, peningkatan kepuasan pelanggan melalui penguatan komersialisasi dan distribusi produk. Ketiga, pengembangan bisnis dan portofolio produk melalui penguatan RnD dan kemitraan strategis termasuk perluasan pasar ekspor.
Keempat, transformasi sistem dan proses bisnis melalui penguatan supply chain, memacu inovasi dalam proses bisnis hulu hingga hilir serta digitalisasi di segala lini. Kelima, optimalisasi budaya dan sumber daya manusia melalui transformasi human capital dan pengembangan talenta.
Baca Juga
Secara khusus di sepanjang tahun 2025 Phapros akan menjalankan program transformasi di bidang pemasaran atas setiap produknya.
Peningkatan penjualan disokong melalui penguatan pasar produk over the counter (OTC) dengan promosi yang masif dan memanfaatkan media digital, mendukung program pemerintah nasional ataupun regional, serta fokus pada pasar reguler untuk produk obat beresep (etical) baik di rumah sakit pemerintah dan swasta.
Melihat pelaksanaan program transformasi yang dilakukan sejak awal tahun, manajemen optimistis hal ini dapat segera meningkatkan kinerja Perseroan dan membawa dampak positif bagi seluruh stakeholders.
Penguatan portofolio produk juga dilakukan dengan meningkatkan market share produk Antimo Group.
Berdasarkan hasil survei pada awal semester II tahun 2024, Antimo yang telah hadir selama 52 tahun di tengah masyarakat Indonesia menjadi produk yang paling banyak dicari dibanding merek lainnya dengan 14% responden di antaranya merupakan konsumen setia.
Ida menuturkan, bahwa PT Phapros Tbk. sebagai bagian dari holding BUMN Farmasi telah melakukan inovasi pada produk Paket OAT (obat antituberkulosis) Kategori 1 Dosis Harian dalam bentuk kaplet salut selaput.
Dengan teknologi ini, dosis terapi obat TB menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Inovasi ini adalah wujud dukungan Phapros dalam mendukung program pemerintah untuk pengendalian dan pengobatan tuberkulosis (TBC) di Indonesia.
"Inovasi ini merupakan komitmen perusahaan dalam menyediakan solusi kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat. Sebagai negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi kedua di dunia setelah India, Indonesia membutuhkan solusi yang efektif dan mudah diakses bagi pasien."
Pada saat yang sama Phapros terus melakukan ekspansi pasar ke luar negeri sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan pada tahun 2025. Overseas markets seperti Timor Leste, Kamboja, Filipina, dan Peru telah menjadi negara tujuan ekspor dari Phapros atas sejumlah produk andalan perusahaan antara lain Antimo Group, kelompok terapi TB, multivitamin dan mineral, serta beberapa produk injeksi.
Saat ini pendapatan penjualan ekspor Perseroan terus bertambah dari tahun ke tahun, bahkan meningkat sebesar 153% di akhir 2024 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Di lain pihak, Phapros bertekad untuk terus menyumbangkan nilai tambah berupa pemanfaatan sumber daya alam yang efisien, membentuk konservasi energi yang mumpuni, dan melaksanakan pengembangan sosial masyarakat.
Pada 2024, anak usaha PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) ini mencatatkan penurunan 25,8% pendapatan neto dari Rp1 triliun pada 2023 menjadi Rp744,69 miliar pada 2024.
Penurunan penjualan ini akibat dari menurunnya penjualan seluruh produk, produk over the counter (OTC) turun dari Rp183,28 miliar menjadi Rp138,11 miliar. Selanjutnya, produk obat generik berlogo (OGB) juga tergerus 17,47% year-on-year (YoY) menjadi Rp425,83 miliar, sedangkan produk ethical juga turun 44,4% menjadi Rp159,34 miliar.
Walhasil, PEHA berbalik menjadi rugi bersih Rp285,06 miliar pada 2024, dari posisi laba bersih Rp7,87 miliar pada 2023.