Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN menegaskan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) bakal tetap dilaksanakan pada kuartal I/2023. Perseroan sudah melakukan pendaftaran ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengatakan proses IPO PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) bakal tetap dilaksanakan pada kuartal I/2023.
Sebelumnya, rencana perseroan untuk melantai di bursa efek akhir tahun lalu mesti ditunda setelah sentimen penguatan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve yang belakangan membuat ketidakpastian di pasar modal domestik.
“Yang pasti kita sudah persiapkan semuanya untuk pendaftaran untuk bisa melakukan IPO,” kata Pahala saat ditemui di Gedung DPR, Selasa (24/1/2023).
Seperti diketahui, PGE menjadi salah satu perusahaan energi panas bumi terbesar di dunia berdasarkan total kapasitas terpasang. Saat ini, PGE memiliki kapasitas sebesar 672 megawatt (MW), targetnya dalam 5 tahun ada penambahan kapasitas 600 MW.
Apalagi, PGE sudah memegang sejumlah kontrak pengadaan tenaga listrik dengan PLN. Dalam prosesnya, PGE sedang menyampaikan usulan rentang harga IPO kepada OJK.
Baca Juga
"Dengan rencana penambahan 600 megawatt 5 tahun ke depan, ini menjadi quick win bagi pertumbuhan PGE di EBT, saat ini prosesnya sudah pendaftaran ke OJK, di tahap ke-1 dan ke-2. Target pelaksanaan di kuartal I/2023," kata dia.
Kendati demikian, Pahala mengatakan, dirinya belum dapat menerangkan lebih detail ihwal rencana penawaran umum perdana salah satu perusahaan panas bumi dengan aset terbesar di dunia tersebut.
“Kita kalau lagi mau ke market itu memang jangan dulu ada pemberitaan karena nanti semua ini kan ke OJK,” kata dia.
Pahala menambahkan, berdasarkan laporan keuangan per 2021, pendapatan PGE tercatat US$369 juta setara Rp5,71 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS) dengan EBITDA margin 78,7 persen. Angka EBITDA margin tersebut, menurutnya, cukup menggiurkan.