Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa (24/1/2023), setelah sebelumnya perdagangan rupiah diliburkan memperingati imlek.
Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah dibuka di posisi Rp15.030 atau menguat 0,30 persen, sementara itu indeks dolar AS terpantau melemah 0,13 persen ke posisi 101.660.
Rupiah dibuka menguat bersama dengan sejumlah mata uang asing diantaranya Yen Jepang menguat 0,35 persen, Dolar Singapura menguat 0,04 persen, dan Ringgit Malaysia menguat 0,52 persen.
Sedangkan mata uang yang melemah yaitu Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen, Won Korea melemah 0,07 persen, Yuan China melemah 0,25 persen, Bath Thailand melemah 0,02 persen, dan Rupee India melemah 0,33 persen.
Pada perdagangan sebelumnya, rupiah absen karena adanya libur imlek.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya sebelumnya mengatakan bahwa pada perdagangan awal pekan, rupiah akan dibuka fluktuatif. Namun berpeluang ditutup menguat di rentang Rp15.050—Rp15.130 per dolar AS.
Baca Juga
Pergerakan variatif mata uang Asia terjadi setelah komentar bernada hawkish dari beberapa pejabat The Fed. Pergerakan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi risiko resesi tahun ini. Sejumlah pejabat The Fed sempat memperingatkan soal kemungkinan biaya pinjaman yang lebih tinggi meskipun kenaikan suku bunga akan lebih lambat.
Dari China, People’s Bank of China memutuskan mempertahankan suku bunga pinjaman acuan di posisi terendah selama lima bulan berturut-turut. Kebijakan diambil untuk menopang prospek pertumbuhan ekonomi China dan menjaga nilai yuan.
“Pasar sekarang menilai potensi resesi global tahun ini, terutama jika Fed terus menaikkan suku bunga. Skenario seperti itu, meski negatif untuk dolar, juga cenderung membebani mata uang Asia,” tulis Ibrahim dalam riset harian, dikutip Selasa, (24/1/2023).
Dari dalam negeri, rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia 18—19 Januari 2023 kembali memutuskan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin sehingga menjadi 5,75 persen.
Kebijakan ini diambil untuk mempertahankan ekspektasi inflasi yang lebih rendah ke depannya. Bank Indonesia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 5,3 persen didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga.