Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Semen Diperkirakan Lesu Jelang Tahun Pemilu, Masih Ada Saham yang Oke

Penjualan semen diperkirakan masih tertekan pada 2023 jelang Pemilu 2024 sehingga investor dapat hati-hati mencermati saham emiten terkait.
Proses muat produk Semen Indonesia untuk pengiriman di Pelabuhan Teluk Bayur. Penjualan semen diperkirakan masih tertekan pada 2023 jelang Pemilu 2024 sehingga investor dapat hati-hati mencermati saham emiten terkait. /Dwi Nicken Tari
Proses muat produk Semen Indonesia untuk pengiriman di Pelabuhan Teluk Bayur. Penjualan semen diperkirakan masih tertekan pada 2023 jelang Pemilu 2024 sehingga investor dapat hati-hati mencermati saham emiten terkait. /Dwi Nicken Tari

Bisnis.com, JAKARTA — Sektor semen diperkirakan lesu jelang tahun Pemilihan Umum 2024. Hal ini lantaran penjualan semen kantong diperkirakan lesu dan permintaan semen hanya akan tumbuh satu digit.

Analis Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni mengatakan volume penjualan semen secara domestik mencapai 63 juta ton sepanjang 2022. Angka ini turun 3,4 persen secara year-on-year (YoY).

Penurunan tersebut disebabkan oleh penjualan semen kantong yang turun hingga 8,7 persen secara YoY. Adanya penurunan juga menjadi cerminan bahwa adanya perlambatan pada permintaan dari pengembang properti.

Adapun, produsen semen seperti PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) mengalami penurunan akibat kehilangan pangsa pasar pada 2022. Baik SMGR maupun INTP mengalami penurunan 0,8 persen akibat adanya kenaikan harga.

“Sementara itu, penjualan grosir tumbuh sebesar 14,5 persen di 2022,” ujar Emma dalam riset dikutip Senin (23/1/2023).

Lebih lanjut, Emma mengatakan penjualan semen curah kemungkinan dapat mendorong pertumbuhan pendapatan pada sektor semen. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan anggaran infrastruktur yang dialokasikan pemerintah.

“Permintaan semen domestik yang lebih lambat tahun ini cukup banyak diantisipasi dengan pergeseran konsumsi dari renovasi rumah tahun lalu ke jenis pengeluaran lainnya,” ujar Emma.

Dari sisi global, sektor semen disebut akan mengalami keuntungan dari adanya normalisasi harga batu bara. Adapun, harga batubara Newcastle tercatat menurun 19 persen. Penurunan ini nantinya akan menurunkan biaya bahan bakar dan energi.

Penurunan harga batubara disebut akan menjadi katalis positif bagi INTP karena adanya potensi pengurangan biaya yang lebih besar daripada SMGR.

Menurut Emma, INTP membukukan penjualan semen hingga 15,5 juta ton sepanjang 2022. Angka ini turun 6,4 persen secara YoY.

Merosotnya penjualan semen INTP dibebani oleh turunnya penjualan di pulau Jawa hingga 7,1 persen secara YoY. INTP menyebut telah mengantisipasi adanya potensi inflasi tinggi dan resesi global.

Sementara SMGR mencatatkan penjualan semen domestik sebesar 2,6 juta ton atau turun 7,7 persen secara YoY. Adapun penjualan SMGR menurun 4,9 persen secara YoY.

Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan buy untuk saham SMGR dengan target harga 10.800.

SMGR mendapat rekomendasi lantaran memiliki profil portofolio yang beragam. Selain itu kapasitas produksi dan pangsa pasar semen SMGR merupakan yang terbesar.


Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper