Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan obligasi global menyentuh rekor baru awal tahun mendekati US$600 miliar atau setara Rp9.090 triliun, dengan penerbit dari para pemerintah dan perusahaan seluruh dunia.
Mengutip Bloomberg, Kamis (19/1/2023), bank-bank Eropa hingga korporasi Asia dan negara-negara berkembang melakukan penerbitan obligasi global, sebagian berkat reli pasar obligasi global di semua lini yang melonjak 4,1 persen pada awal tahun. Ini merupakan kinerja terbaik pasar global bond sejak 1999.
Para penerbit yang mencari alternatif pembiayaan baru setelah ditolak sebagian besar investor pada 2022, kini tiba-tiba menghadapi selera investor yang tinggi terhadap surat utang di tengah tanda-tanda inflasi mereda dan bank sentral akan menghentikan pengetatan moneter paling keras dalam satu generasi.
Bagi banyak orang, aset pendapatan tetap terlihat semakin menarik setelah kekalahan bersejarah tahun lalu mendorong imbal hasil ke level tertinggi sejak 2008, terutama karena prospek perlambatan ekonomi global menawarkan potensi kenaikan lebih lanjut.
“Kenaikan harga obligasi memiliki jejak dalam pandangan kami, terutama ketika datang ke pasar investment grade. Fundamental perusahaan terus solid secara luas," kata Omar Slim, co-head of Asia ex-Japan fixed income PineBridge Investments.
Menurutnya, perubahan tajam dalam kebijakan China akan memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan global, memitigasi beberapa risiko untuk pasar negara berkembang.
Baca Juga
Adapun sejumlah faktor seperti kelebihan permintaan untuk penawaran, turunnya konsesi penerbitan baru, dan arus masuk terbesar ke dalam kredit AS tingkat tinggi dalam lebih dari 17 bulan telah membantu penerbitan obligasi global pada awal tahun.
Penerbitan obligasi global pemerintah dan korporasi di seluruh mata uang mencapai US$586 miliar hingga 18 Januari 2023, penghitungan terbesar dalam catatan untuk periode tersebut, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Lebih banyak emiten menetapkan harga penawaran pada Kamis (19/1/2023).
Bloomberg Intelligence memperkirakan obligasi tingkat investasi AS akan menghasilkan imbal hasil 10 persen tahun ini setelah kinerja terburuknya dalam setengah abad pada tahun 2022. Nilai itu lebih dari dua kali lipat perkiraan analis untuk junk bond AS, karena utang berkualitas lebih tinggi sering kali lebih menguntungkan daripada junk bond ketika ekonomi melambat.
Menurut analis, penerbitan utang berdenominasi euro dari pasar berkembang dan peringkat investment grade masing-masing akan naik 8 persen dan 4,5 persen.