Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah kembali melemah di hadapan dolar AS pada awal perdagangan Rabu (18/1/2023).
Mengutip data Bloomberg, pukul 09.15 WIB, rupiah dibuka melemah 0,10 persen atau 15,5 poin ke Rp15.180 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,01 persen ke 102,37.
Meskipun indeks dolar AS tengah bergerak di zona merah, sejumlah mata uang di Asia juga mengalami pelemahan seperti peso Filipina yang melemah 0,13 persen, yuan China melemah 0,07 persen, ringgit Malaysia melemah 0,12 persen, dan baht Thailand melemah 0,18 persen.
Analis MIFX menyebutkan, pelemahan dolar AS disebabkan Mayoritas pelaku pasar sedang menilai peluang kenaikan suku bunga 0,25 persen dari The Fed, dengan tingkat ekspektasi 90,6 persen. The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya pada awal Februari, dengan sebelumnya telah menyatakan akan menaikkan suku bunga hanya 0,25 persen.
"The Fed juga berpeluang hanya akan menjaga tingkat suku bunga di 5,00 - 5,50 persen pada 2023 ini. Hal ini dipandang sebagai langkah yang lebih dovish dibandingkan sikap agresif The Fed pada 2022 lalu, yang telah menaikkan suku bunga sebesar 0,75 persen pada empat pertemuan berturut-turut," jelas Analis MIFX dalam riset harian, Rabu (18/1/2023).
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dari sisi internal, pemerintah saat ini optimistis ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen hingga 5,3 persen pada 2022, dengan kemungkinan pertumbuhan di kisaran 5 persen pada kuartal IV/2022.Ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi sudah mulai pulih dan mempunyai momentum yang kuat.
Baca Juga
Di saat bersamaan, inflasi domestik masih relatif rendah karena harga pangan berhasil tetap dijaga untuk stabil. Perbaikan ekonomi Indonesia semakin terlihat karena investasi yang sudah pulih kembali, ekspor yang tetap tinggi, dan pemulihan impor untuk mendukung industri manufaktur.
Selain itu, seluruh sektor perekonomian juga sudah pulih kembali, terutama sektor-sektor yang terhantam sangat berat selama Covid-19 seperti sektor transportasi, sektor akomodasi dan makanan minuman yang sempat terkontraksi 15 persen dan 10 persen.
"Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) Kamis pekan ini. Berdasarkan ekspektasi para analis. BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, yang sebelumnya di 5,5 persen menjadi 5,75 persen. Dengan demikian, selisih suku bunga akan kembali melebar," ungkap Ibrahim.
Tetapi, pasar juga menanti proyeksi suku bunga ke depannya, apakah BI akan menaikkan suku bunga hingga 6 persen atau 6,25 persen.
Dengan selisih suku bunga yang dipertahankan 125 basis poin, atau mungkin lebih lebar lagi, capital outflow bisa semakin deras masuk ke pasar obligasi Indonesia. Sejauh ini kebijakan BI sukses membuat investor asing kembali masuk ke pasar obligasi sekunder dalam dua bulan terakhir.
Untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.150 - Rp15.220.