Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah IPO Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara pada 2022, Proyeksi 2023?

Sebagian besar penggalangan dana IPO di BEI pada 2022 dikontribusikan oleh IPO e-commerce Blibli senilai US$510 juta.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Ernst and Young (EY) mencatat jumlah penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) Indonesia tertinggi di Asia Tenggara pada 2022.

Indonesia mencatatkan 60 IPO pada 2022 lalu. Meski demikian, jumlah pendanaan yang diperoleh perusahaan baru di Indonesia mengisi posisi kedua di Asia Tenggara, dengan jumlah US$2,2 miliar, berada di bawah Thailand yang sejumlah US$3,1 miliar.

Pada kuartal IV 2022, aktivitas Indonesia justru melambat dengan satu IPO pada Oktober. Namun, tambahan 10 listing tercatat pada bulan November, justru menghasilkan 30 persen dari total hasil IPO tahun 2022.

Sebagian besar disebabkan oleh IPO e-commerce Indonesia, Blibli senilai US$510 juta. Hal ini diikuti oleh lima listing lainnya pada Desember, sehingga jumlah IPO Q4 ditutup dengan tercatatnya 16 perusahaan.

"Indonesia mengalami musim IPO terbaik dalam hal perolehan pendanaan di tahun 2021 lalu, ketika 54 perusahaan mengumpulkan total pendanaan sebesar US$4,7 miliar," dikutip dari keterangan resmi EY, Kamis (12/1/2023).

Dengan kinerja positif tersebut EY optimis kinerja IPO Indonesia akan meningkat pada paruh pertama tahun 2023.

Strategy and Transactions Partner EY Sahala Situmorang memperkirakan Indonesia akan mencatatkan jumlah IPO sekitar 50-60 perusahaan pada 2023.

"Dipimpin oleh rencana listing beberapa perusahaan milik negara, dan perusahaan yang berencana merebut kesempatan penggalangan dana pada paruh pertama tahun 2023, sebelum pemilihan presiden pada tahun 2024," kata Sahala.

Sahala menyebut beberapa perusahaan kemungkinan mengambil pendekatan wait and see setelah pemilihan umum dan pembentukan pemerintahan baru pada 2024.

Sementara itu, pembentukan papan pencatatan baru Bursa Efek Indonesia (BEI) yang disebut papan ekonomi baru diharapkan dapat mendorong lebih banyak perusahaan berbasis teknologi untuk mempertimbangkan IPO. Hal ini meski situasi saat ini dinilai sebagai masa pendanaan yang sulit bagi perusahaan start-up.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper