Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif pada awal 2023 seiring dengan aksi jual investor asing.
Sampai penutupan perdagangan Senin (9/1/2023), IHSG telah melemah 2,37 persen secara year to date (ytd) ke level 6.688,26 dengan aksi foreign net sell di pasar saham menyentuh Rp2,34 triliun.
Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan pelemahan IHSG tidak lepas dari aksi investor asing yang mengalihkan dana ke pasar Asia bagian utara, terutama China seiring dengan kebijakan pelonggaran pembatasan yang diterapkan.
Pasar Negeri Panda dipandang lebih atraktif karena valuasi pasar yang lebih murah. Sebagai perbandingan, rasio price to earnings (PE) indeks China CSI300 adalah 13,3 kali pada 2022 dan indeks Hang Seng di 10,9 kali. Sementara itu, PE IHSG bertengger di 14,4 kali dan diestimasi mencapai 14,2 kali pada 2023.
“Secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia tidak seburuk itu, tetapi terjadi rotasi yang membuat indeks mengalami tekanan dua pekan terakhir. Indeks China lebih murah secara valuasi dan dari sisi pertumbuhan mereka masih akselerasi dengan kebijakan moneter yang easing di tengah reopening,” kata Adrian dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (10/1/2023).
Aksi jual bersih asing sendiri tidak hanya terjadi di pasar saham Indonesia. Data yang dihimpun Mandiri Sekuritas memperlihatkan aliran keluar dana asing juga dialami Malaysia dan Filipina.
Baca Juga
Meski demikian, Mandiri Sekuritas memperkirakan IHSG akan mencapai 7.510 pada 2023 untuk skenario base. Sementara itu dalam skenario pasar bullish IHSG diramal menyentuh 7.820 dan 6.340 dalam skenario bearish.
Earning per share (EPS) pada 2023 diprediksi tumbuh 5 persen secara agregat, melambat daripada 2022 yang mencapai 45 persen.
“Kita tidak perlu khawatir karena secara fundamental kita di kondisi yang lebih baik. Ini lebih ke taktik rotasi investor,” katanya.
Adrian mengatakan valuasi IHSG cenderung mengalami normalisasi pada 2023. Akibatnya, pembukaan ekonomi China tidak lantas menghilangkan daya tarik pasar saham Tanah Air.
Sejumlah katalis yang akan memengaruhi pergerakan IHSG, lanjutnya, mencakup perkembangan neraca perdagangan Indonesia di tengah harga komoditas yang melandai.
Di sisi lain, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang telah mencapai fase puncaknya akan membuat investor memperoleh kepastian yang lebih solid.
“Tema tahun ini adalah volatilitas yang lebih tinggi, sebagaimana pertengahan 2022 ketika The Fed mulai memperketat kebijakan moneter. Tahun ini fokus beralih dari tingkat inflasi yang tinggi ke risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi sehingga volatilitas tetap tinggi di tengah ekspektasi pasar terhadap kelanjutan kebijakan suku bunga,” jelasnya.
Adapun sektor-sektor yang diuntungkan penurunan harga komoditas pada 2023 seperti fast moving consumer goods (FMCG), unggas, dan semen masuk dalam sektor unggulan Mandiri Sekuritas. Pendapatan emiten-emiten di sektor tersebut pada 2023 diperkirakan membaik setelah sempat tertekan pada 2022.