Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan masih sulit menembus level 7.000 pada pekan depan setelah turun sekitar 2,4 persen pada pekan ini. Adapun, investor asing cenderung melakukan aksi jual.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pada akhir pekan ada sedikit kelegaan bagi investor karena IHSG berhasil rebound. Namun, dalam sepekan atau awal 2023 IHSG masih terkoreksi 2,4 persen.
"IHSG masih tertopang oleh support jangka menengah sekitar level rendah sebelumnya 6.650-6.610. Penutupan di 6.684,56 dinilai cukup baik," jelasnya, Jumat (6/1/2023).
Pada penutupan perdagangan Jumat (6/1/2023), IHSG naik 0,46 persen atau 30,72 poin menjadi 6.684,56. Sepanjang sesi, IHSG bergerak di rentang 6.598,65-6.708,64.
Menurut Liza, penguatan IHSG akhir pekan memberi harapan peningkatan bisa berlanjut pekan depan menuju target resistan 6710-6730, 6800-6820, 6880- 6930, 6950-6960. Namun, angka bulat 7000 7050 merupakan level resistan psikologis yang cukup sulit untuk ditembus.
"Perlu dipikirkan matang-matang atau dipantau dulu apa ada situasi ekonomi global dan domestik yang mendukung," imbuhnya.
Baca Juga
Liza mengatakan volatilitas IHSG diperkirakan masih akan tinggi ke depannya, Dia menyarankan investor jangan positioning terlalu agresif walau harga saham berjatuhan. Investor tetap dapat memilih saham bluechips dengan fundamental baik, dan melakukan buy on weakness secara bertahap.
Sebelumnya, Liza menjelaskan pelemahan IHSG pada Kamis anjlok 2 persen lebih masih dipengaruhi oleh proyeksi suku bunga Amerika Serikat yang tetap agresif dalam beberapa waktu ke depan. Terutama setelah rilis FOMC Meeting Minutes yang bernada hawkish.
Sentimen tersebut ditambah dengan data ekonomi Jobs Opening & Labor Turnover Survey (JOLTS) yang berada di angka 10,5 juta, lebih tinggi dari perkiraan 10 juta.
“Data ini menunjukkan permintaan pekerja yang masih kuat, sehingga memperkecil kemungkinan The Fed akan mengerem laju kenaikan suku bunga, apalagi memotong Fed Fund Rate dalam waktu dekat,” kata Liza.
Liza menambahkan kabar rencana China untuk kembali mengimpor batu bara dari Australia memberi sinyal ke pasar soal prospek perekonomian Negeri Panda yang lebih menggeliat. Hal ini membuat pasar China menjadi lebih menarik untuk diburu para investor.
Sementara itu, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, rata-rata nilai transaksi harian Bursa pekan ini mengalami penurunan sebesar 13,46 persen menjadi Rp9,30 triliun dari Rp10,75 triliun pada sepekan sebelumnya. Kemudian, perubahan turut terjadi pada kapitalisasi pasar Bursa menjadi Rp9.258,26 triliun dari Rp9.499,14 triliun pada pekan sebelumnya.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 2,42 persen menjadi 6.684,558 dari level 6.850,619 pada
pekan sebelumnya. Investor asing pada hari ini mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp505,18 miliar dan sepanjang tahun 2023 investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp2,19 triliun.