Bisnis.com, JAKARTA – Harga Bitcoin diprediksi masih akan melanjutkan koreksi sepanjang tahun 2023 di tengah sejumlah sentimen seperti risiko resesi dan meredanya laju inflasi global.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menjelaskan harga Bitcoin memang sedang berada dalam tren koreksi sepanjang tahun lalu. Hal ini seiring dengan pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan The Fed yang turut memicu turunnya harga aset kripto serta saham – saham teknologi digital.
“Bitcoin memang sedang turun, tetapi bukan karena dia aset kripto. Semua aset memang melemah terhadap dolar AS sejak kenaikan suku bunga The Fed,” jelas Wahyu saat dihubungi, Kamis (5/1/2023).
Wahyu memaparkan mulai meredanya inflasi pada tahun ini dapat berimbas positif terhadap pergerakan aset kripto seperti Bitcoin, Meski demikian, potensi pelemahan Bitcoin pada 2023 juga masih cukup terbuka mengingat adanya ancaman resesi global.
Dia melanjutkan kedua skenario tersebut berpotensi memicu turunnya nilai dolar AS. Jika resesi terjadi, maka nilai dolar AS akan menguat terkait dengan sifat safe haven nya. Di sisi lain, hal tersebut akan memaksa The Fed lebih realistis untuk menyelamatkan ekonomi dan pasar saham dengan memangkas suku bunga dan stimulus quantitative easing (QE).
Sementara itu, jika inlfasi mereda maka The Fed akan cenderung tidak agresif dan mengeluarkan stimulus berupa quantitative easing.
Baca Juga
“Jadi, apapun kondisinya dolar AS pada akhirnya potensial bergerak melemah. Yang menjadi pertanyaan adalah kapan penurunan ini terjadi,” lanjutnya.
Adapun, Wahyu melanjutkan secara fundamental Bitcoin masih memiliki nilai dalam jangka panjang. Hal tersebut terlihat dari pengakuan dari institusi global dan bursa dunia terhadap aset ini hingga menjadikannya sebagai salah satu aset finansial.
Wahyu memprediksi harga Bitcoin masih akan terkonsolidasi pada tahun ini pada kisaran US$18.000 – US$25.000. Harga Bitcoin juga masih berpotensi terkoreksi hingga ke kisaran US$10.000 sebelum kembali ke level konsolidasi.
Sementara itu, jika The Fed melakukan pelonggaran kebijakan moneter dan memberikan stimulus quantitative easing, harga Bitcoin dapat rebound dan menguji kisaran US$50.000 – US$60.000.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) Teguh Kurniawan Hermanda mengatakan tren penurunan harga Bitcoin merupakan bagian dari tren tahunan. Secara historis, harga Bitcoin akan mengalami koreksi yang cukup dalam sebelum kembali menguat.
“Secara historis harga Bitcoin akan lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seperti harga tahun 2010 lebih tinggi dibandingkan dengan 2009, pada awal 2022 juga lebih tinggi dibandingkan sepanjang 2021, dan seterusnya,” jelas Manda.
Meski demikian, Manda mengatakan tren ini belum tentu berlanjut pada tahun 2023. Hal tersebut seiring dengan banyaknya sentimen – sentimen negatif yang membayangi pergerakan harga aset kripto ini.
Manda memaparkan musim dingin kripto atau crypto winter masih akan berlangsung sepanjang 2023 seiring dengan potensi resesi global. Kondisi ini membuat investor menarik dananya dari aset – aset berisiko seperti Bitcoin dan memilih memegang uang kas
Hal tersebut juga ditambah dengan runtuhnya kepercayaan investor terhadap kelas aset ini. Menurutnya, kasus – kasus seperti kebangkrutan FTX dan kegagalan bayar (default) Three Arrows Capital semakin mengikis keyakinan investor terhadap aset kripto seperti Bitcoin.
“Kepercayaan investor ini tentu butuh waktu untuk pulih. Pelemahan Bitcoin kami lihat sejauh ini belum mencapai puncaknya,” lanjut Manda.
Adapun, Bitcoin telah menginjak tahun kehadiran ke-14 sejak diperkenalkan pada 3 Januari 2009 lalu. Aset kripto yang digarap oleh Satoshi Nakamoto tersebut kini semakin populer di kalangan masyarakat dan investor, termasuk di Indonesia.
Dikutip dari laman Investopedia pada Kamis (5/1/2022), Nakamoto menambang blok pertama Bitcoin pada 3 Januari 2009. Nakamoto menerima 50 Bitcoin sebagai hadiah untuk blok pertama yang kini dikenal sebagai Genesis block.
Adapun, hadiah tersebut tidak dapat dihabiskan karena Satoshi tidak mengirimkan transaksi dari Genesis block ke database transaksi global. Nakamoto juga tidak menjelaskan alasannya tidak menggunakan hadiah tersebut.