Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih memiliki prospek cerah di 2023 mendatang, seiring dengan laju kenaikan inflasi yang cenderung melambat. Saham-saham dari sektor energi, perbankan, hingga konsumer bisa jadi pilihan.
Hingga hari perdagangan menyisakan satu hari lagi, hari ini, Jumat (30/12/2022), IHSG masih menguat 4,23 persen secara year to date (Ytd) dengan parkir ke level 6.860.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai prospek IHSG masih cukup baik di tengah potensi resesi global dan ketidakpastian geopolitik pada tahun depan.
"Kalau kita lihat proyeksi pertumbuhan PDB sampai akhir tahun depan 5 persen untuk Indonesia. Ini lumayan bagus kalau dibandingkan dengan perkiraan mayoritas negara lain termasuk negara degan ekonomi besar seperti negara-negara G20," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (29/12/2022).
Selain itu, jika lihat tren tingkat inflasi sudah mulai melandai, walaupun masih di atas target yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Adapun, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga sudah stabil pada kisaran Rp15.560--Rp15.750 sejak awal November dan belum mengalami depresiasi lebih jauh.
Melihat beberapa indikator ekonomi pada akhir tahun ini, Arjun menilai fundamental ekonomi Indonesia masih kuat dari beberapa sisi. Dia mengharapkan fundamental solid ini bakal diterjemahkan menjadi kinerja pasar saham yang ciamik.
Baca Juga
"Selain itu, beberapa perusahaan big caps yang mempunyai bobot tinggi di IHSG mempunyai fundamental yang solid dan diharapkan ini akan tetap berkontribusi positif tahun depan," jelasnya.
Menurutnya, emiten empat besar perbankan, BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI masih kondusif berdasarkan fundamentalnya yang masih kuat.
Emiten mengalami kenaikan kinerja keuangan dibandingkan dengan tahun yang lalu dan mengalami tren penurunan pinjaman berisiko atau loan at risk (LAR) dan kenaikan rasio kecukupan likuiditas (LCR) sejak pandemi Covid-19.
Selain itu, non performing loans (NPL) mereka rata-rata di bawah 5 persen yang masih sangat manageable untuk emiten perbankan besar.
Kalau melihat kondisi pasar saat ini mengalami kenaikan suku bunga ini kondusif emiten perbankan besar yang mapan karena dapat memanfaatkan kenaikan Net Interest Margin (NIM).
"Dari sisi rasio PBV dan PER juga valuasi masih sangat wajar. Dengan demikian, masih ada potensi kenaikan harga saham emiten perbankan 4 ini tahun depan," tambahnya.
Selain itu, dia optimistis terhadap saham di sektor energi dan konsumen primer. Menurutnya, masih ada potensi kenaikan harga komoditas energi seperti minyak, batu bara, dan gas alam.
Hal ini karena ketidakpastian geopolitik yaitu perang antara Rusia dan Ukraina dan juga kendala pasokan yang sulit mengejar permintaan yang meningkat pasca pandemi.
Dengan begitu, mengakibatkan pembekuan ekonomi global dan kenaikan kegiatan ekonomi yang mendorong harga komoditas energi. Untuk sektor energi Arjun merekomendasikan ADRO, PGAS dan MEDC.
"Selain itu, saya optimis kepada sektor konsumen primer yang resilient terhadap efek resesi dan ketidakpastian geopolitik. Dari sektor ini, saya merekomendasi saham big caps yang punya fundamentals yang kuat seperti INDF, ICBP dan AMRT," terangnya.
Senada, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menekankan kemungkinan perlambatan ekonomi pada 2023 masih membayangi pasar modal.
"Di Indonesia sendiri kami optimistis bisa terhindar dari resesi, tetapi tidak terelakkan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi. Sentimen positif diprediksi datang dari tahun pemilu yang bisa mengangkat konsumsi dalam negeri," katanya.
Mirae Asset Management merekomendasikan saham sektor finansial yakni BBNI dan BMRI, non cyclical pada saham ICBP dan INDF, serta energi yang menjagokan ITMG.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.