Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Resesi Jadi Pemberat IHSG, tapi Masih Ada Peluang Cuan 2023

Menjelang tutup tahun 2022, IHSG sulit untuk kembali menembus 7.000 lantaran isu resesi menjadi pemberat indeks.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat hari ini dan perdagangan bursa hanya tersisa satu hari besok. Analis menyebutkan pada 2023 IHSG masih akan menghadapi sentimen resesi ekonomi. 

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menjelaskan menjelang tutup tahun 2022, IHSG sulit untuk kembali menembus 7.000 lantaran isu resesi menjadi pemberat indeks.

“Kondisi makro ekonomi global yang masih tertekan dengan inflasi yang masih cukup tinggi dan suku bunga yang masih berpeluang naik, tentu saja saya menilai wajar jika indeks sulit untuk naik kembali saat ini,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/12/2022).

Lebih lanjut, Roger menambahkan kinerja pasar 2022 dipengaruhi oleh beberapa faktor negatif seperti kenaikan inflasi di beberapa negara seperti Amerika Serikat yang berujung pada kebijakan menaikkan suku bunga secara agresif.

“Sedangkan sisi poitif untuk IHSG adalah kenaikan harga harga komoditi seperti CPO, minyak, gas dan batubara efek dari perang RUsia-Ukraina,” lanjtnya.

Selain itu data ekonomi Indonesia sepanjang 2022, lanjutnya, terbilang cukup bagus seperti pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,72 persen pada kuartal ketiga serta neraca perdagangan yang surplus hingga 31 bulan berturut turut.

Pada 2023, prospek yang kemungkinan terjadi adalah adanya perlambatan ekonomi. Meski demikian Roger optimistis Indonesia bisa terhindar dari resesi, namun tetap ada potensi penurunan pertumbuhan ekonomi.

“Salah satu sentimen positif diprediksi datang dari tahun pemilu yang bisa mengangkat konsumsi dalam negeri,” imbunya.

Hal tersebut disampaikan karena pada tahun-tahun pemilu, Consumer Confidence Index (CCI) akan mengalami peningkatan sehingga sektor saham berbasis consumer bisa diuntungkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper