Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat hari ini dan perdagangan bursa hanya tersisa satu hari besok. Analis menyebutkan pada 2023 IHSG masih akan menghadapi sentimen resesi ekonomi.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menjelaskan menjelang tutup tahun 2022, IHSG sulit untuk kembali menembus 7.000 lantaran isu resesi menjadi pemberat indeks.
“Kondisi makro ekonomi global yang masih tertekan dengan inflasi yang masih cukup tinggi dan suku bunga yang masih berpeluang naik, tentu saja saya menilai wajar jika indeks sulit untuk naik kembali saat ini,” katanya kepada Bisnis, Kamis (29/12/2022).
Lebih lanjut, Roger menambahkan kinerja pasar 2022 dipengaruhi oleh beberapa faktor negatif seperti kenaikan inflasi di beberapa negara seperti Amerika Serikat yang berujung pada kebijakan menaikkan suku bunga secara agresif.
“Sedangkan sisi poitif untuk IHSG adalah kenaikan harga harga komoditi seperti CPO, minyak, gas dan batubara efek dari perang RUsia-Ukraina,” lanjtnya.
Selain itu data ekonomi Indonesia sepanjang 2022, lanjutnya, terbilang cukup bagus seperti pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,72 persen pada kuartal ketiga serta neraca perdagangan yang surplus hingga 31 bulan berturut turut.
Baca Juga
Pada 2023, prospek yang kemungkinan terjadi adalah adanya perlambatan ekonomi. Meski demikian Roger optimistis Indonesia bisa terhindar dari resesi, namun tetap ada potensi penurunan pertumbuhan ekonomi.
“Salah satu sentimen positif diprediksi datang dari tahun pemilu yang bisa mengangkat konsumsi dalam negeri,” imbunya.
Hal tersebut disampaikan karena pada tahun-tahun pemilu, Consumer Confidence Index (CCI) akan mengalami peningkatan sehingga sektor saham berbasis consumer bisa diuntungkan.