Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Lepas Saham via Rights Issue, Investor Bisa Perhatikan Ini

Rights issue bisa menjadi alternatif sumber pendanaan bagi emiten yang akan melakukan ekspansi di tengah kenaikan suku bunga.
Rights issue bisa menjadi alternatif sumber pendanaan bagi emiten yang akan melakukan ekspansi di tengah kenaikan suku bunga. Bisnis/Himawan L Nugraha
Rights issue bisa menjadi alternatif sumber pendanaan bagi emiten yang akan melakukan ekspansi di tengah kenaikan suku bunga. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Minat emiten melakukan aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue diperkirakan akan semakin tinggi di tengah kenaikan suku bunga. Analis menilai, investor dapat memperhatikan beberapa hal sebelum memutuskan untuk ikut dalam rights issue.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menuturkan rights issue bisa menjadi alternatif sumber pendanaan bagi emiten yang akan melakukan ekspansi di tengah kenaikan suku bunga.

"Untuk prospek right issue sendiri akan tergantung dari tujuan penggunaan dana rights issue, ekspektasi investor terhadap kinerja setelah rights issue, dan dampaknya ke investor," kata Jono kepada Bisnis, dikutip Minggu (25/12/2022).

Menurut Jono, dalam rights issue, investor biasanya akan memperhatikan dua hal. Pertama, adalah ada atau tidaknya standby buyer. Menurutnya hal ini akan mempengaruhi keyakinan investor untuk berinvestasi.

Kedua adalah sentimen terhadap industri emiten yang melakukan rights issue juga akan mempengaruhi. Sentimen tersebut bisa sesuai dengan ekspektasi investor, atau cenderung dihindari investor.

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menuturkan saat ini terdapat 27 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline right issue, dengan perkiraan dana yang akan diperoleh sebesar Rp16,3 triliun.

Sebanyak 27 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline right issue tersebut tersebar pada berbagai sektor. Sebanyak 9 perusahaan dari sektor finansial, 4 emiten dari sektor consumer cyclicals, dan 4 perusahaan dari sektor infrastruktur.

Lalu, dua perusahaan dari sektor transportasi dan logistik, dua emiten dari sektor properti dan real estate, serta satu perusahaan dari sektor energi. Kemudian dua perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, satu perusahaan dari sektor jasa kesehatan, satu perusahaan dari sektor basic materials, dan satu perusahaan dari sektor teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper