Bisnis.com, JAKARTA – Indeks dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB, di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga dapat mendorong ekonomi AS ke dalam resesi.
Beberapa eksekutif bank AS bersiap untuk ekonomi AS yang memburuk tahun depan. Di antara mereka, CEO Bank of America Brian Moynihan mengatakan kepada investor di konferensi keuangan Goldman Sachs bahwa penelitian bank menunjukkan pertumbuhan negatif pada paruh pertama 2023, tetapi kontraksi akan ringan.
Beberapa investor telah mengantisipasi The Fed akan segera memperlambat laju pengetatan suku bunga, tetapi data ketenagakerjaan, jasa-jasa dan pabrik AS yang positif baru-baru ini telah menambah ketidakpastian investor atas prospek kebijakan Fed. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku lagi ketika bertemu minggu depan.
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya terakhir turun 0,2 persen.
"Kekhawatiran resesi akan mendorong Fed untuk berhenti. Inilah mengapa dolar melemah di sini," kata Edward Moya dari OANDA di New York dikutip dari Antara, Kamis (8/12/2022). "Lonjakan suku bunga memiliki pendorong utama penguatan dolar selama setahun terakhir."
Di Asia, yuan China menguat karena pemerintah sebelumnya mengumumkan langkah-langkah yang menandai perubahan tajam pada kebijakan keras nol-COVID yang telah menghancurkan ekonominya dan memicu protes bersejarah.
Otoritas kesehatan nasional China mengatakan kasus COVID-19 tanpa gejala dan mereka yang memiliki gejala ringan dapat melakukan pengobatan sendiri saat berada di karantina di rumah.
Pengumuman itu adalah tanda terkuat sejauh ini bahwa China sedang mempersiapkan rakyatnya untuk hidup bersama penyakit tersebut, meskipun para analis mengatakan jalan untuk membuka kembali ekonomi sepenuhnya akan panjang dan bergelombang.