Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuda-kuda Panin Asset Management Hadapi Ancaman Lesunya Penerbitan Obligasi Korporasi Tahun Depan

Potensi penurunan emisi obligasi korporasi pada tahun 2023 akan berdampak pada produk reksa dana terkait, yakni pendapatan tetap dan terproteksi.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Panin Asset Management (Panin AM) telah menyiapkan sejumlah strategi pengelolaan produk di tengah potensi menurunnya pasokan surat utang korporasi pada tahun depan.

Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto mengatakan potensi penurunan emisi obligasi korporasi pada tahun 2023 akan berdampak pada produk reksa dana terkait, yakni pendapatan tetap dan terproteksi. Kedua jenis reksa dana tersebut menggunakan obligasi korporasi sebagai aset dasar ataupun tambahan pada produk – produknya.

“Pasokan obligasi akan turun, sehingga lebih sulit untuk membentuk produk – produk baru terkait,” jelasnya saat dihubungi, Kamis (8/12/2022).

Rudiyanto melanjutkan Panin AM memiliki sejumlah kriteria dalam memilih surat utang korporasi untuk dimasukkan ke dalam produknya. Panin AM mencari obligasi korporasi dengan fundamental yang baik seperti rating investment grade, memiliki kupon atraktif, dan lainnya.

Selain itu, Panin AM juga mencermati komitmen dari penerbit surat utang untuk melunasi kewajibannya.

“Ke depannya kami akan best effort saja, karena pemilihan obligasi juga harus hati - hati tidak bisa mengambil apa saja yang ada,” tambahnya.

Rudiyanto menambahkan salah satu tantangan yang dihadapi Panin AM dalam merancang produk beraset dasar obligasi korporasi seperti reksa dana terproteksi sepanjang tahun ini adalah ketersediaan surat utang dan efektivitas produk.

Ia mengatakan Panin AM kerap menemukan kesiapan atau keefektifan produk tidak dibarengi dengan ketersediaan obligasi korporasi di pasar, dan sebaliknya. Sementara itu, masa efektif sebuah produk juga dibatasi, sehingga manajer investasi tidak dapat menunggu hingga obligasi tersebut tersedia.

“Pernah kejadian juga, sudah efektif, bahkan sudah menunggu sampai 4-5 bulan, masih tidak menemukan yang pas. Akhirnya produk efektif itu batal karena obligasinya tidak sesuai dengan kriteria kami,” jelasnya.

Sebelumnya, Ekonom Pefindo Suhindarto memperkirakan emisi obligasi korporasi di tahun 2023 tidak akan berubah signifikan dibandingkan dengan tahun 2022. Meski demikian, Pefindo memprediksi jumlah emisi surat utang perusahaan akan lebih rendah pada 2023.

Suhindarto mengatakan Pefindo belum mengeluarkan proyeksi detail terkait penerbitan obligasi korporasi di tahun 2023. Ia mengatakan, nilai penerbitan tidak akan berbeda jauh dengan jumlah jatuh tempo surat utang korporasi pada 2023 sebesar Rp126,3 triliun.

Salah satu sentimen yang akan mempengaruhi semarak obligasi korporasi di tahun 2023 adalah sikap perusahaan yang cenderung wait and see mendekati pemilu 2024. Suhindarto mengatakan, secara historis penerbitan obligasi korporasi akan sedikit menurun ketika pemilu diadakan untuk memilih presiden baru.

Penerbitan obligasi korporasi cenderung turun ketika pemilu dilakukan tanpa petahana, dan meningkat ketika petahana menang dalam pemilu kedua,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper