Bisnis.com, JAKARTA – Sentimen pemilihan umum (Pemilu) 2024 akan mulai mempengaruhi kondisi pasar obligasi korporasi pada tahun depan. Emisi instrumen ini juga diperkirakan menurun seiring dengan meningkatnya kewaspadaan pelaku usaha.
Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Suhindarto memperkirakan emisi obligasi korporasi di tahun 2023 tidak akan berubah signifikan dibandingkan dengan tahun 2022. Meski demikian, Pefindo memprediksi jumlah emisi surat utang perusahaan akan lebih rendah pada 2023.
Suhindarto mengatakan Pefindo belum mengeluarkan proyeksi detail terkait penerbitan obligasi korporasi di tahun 2023. Dia mengatakan nilai penerbitan tidak akan berbeda jauh dengan jumlah jatuh tempo surat utang korporasi pada 2023 sebesar Rp126,3 triliun.
Salah satu sentimen yang akan mempengaruhi semarak obligasi korporasi di tahun 2023 adalah sikap perusahaan yang cenderung wait and see mendekati pemilu 2024. Suhindarto mengatakan secara historis penerbitan obligasi korporasi akan sedikit menurun ketika pemilu diadakan untuk memilih presiden baru.
“Penerbitan obligasi korporasi cenderung turun ketika pemilu dilakukan tanpa petahana, dan meningkat ketika petahana menang dalam pemilu kedua,” jelasnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (6/12/2022).
Selain itu, Pefindo juga memproyeksikan lingkungan suku bunga yang lebih tinggi seiring dengan berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter. Suhindarto mengatakan tren suku bunga yang tinggi merupakan risiko bagi penerbitan obligasi korporasi.
Baca Juga
Dia menjelaskan kenaikan suku bunga akan memicu imbal hasil (yield) surat utang negara atau SUN yang tinggi. Hal ini membuka kemungkinan investor meminta premi yang lebih tinggi karena suku bunga tinggi berdampak negatif pada leverage keuangan perusahaan.
Selain itu, konsumsi rumah tangga juga berpotensi lebih lemah dari yang diantisipasi di tengah lingkungan suku bunga. Sentimen ini juga dikombinasikan dengan penurunan daya beli akibat inflasi yang lebih tinggi.
Di sisi lain Suhindarto juga memaparkan beberapa sentimen positif yang dapat menopang obligasi korporasi Indonesia. Selain kebutuhan refinancing, emisi surat utang juga akan didukung terjaganya aktivitas sektor riil seiring dengan terjaganya pemulihan ekonomi.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil juga dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan dan pendapatan bagi rumah tangga. Adapun, Pefindo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4, 92 persen – 5,23 persen pada 2023 mendatang,
“Selain itu, perusahaan - perusahaan juga membutuhkan dana untuk mengkomodasi permintaan yang lebih tinggi di 2023,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Pemeringkatan Pefindo Hendro Utomo menambahkan, sektor finansial akan menjadi bidang usaha dengan emisi obligasi terbanyak pada tahun depan. Hal tersebut seiring dengan tingginya kebutuhan refinancing di sektor ini.
“Kami perkirakan bisnis multifinance dan perbankan tumbuh positif 2023, sehingga kebutuhan penerbitan obligasi korporasinya juga akan tinggi,” katanya.
Beberapa sektor lain yang menurut Hendro akan aktif menerbitkan obligasi korporasi diantaranya adalah pulp & paper, konstruksi, serta pertambangan.