Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melalui salah satu entitas anak usahanya PT Enseval Putera Megatrading Tbk. (EPMT) mendirikan perusahaan baru yang berkedudukan di Shenzhen, China. Modal pendirian perusahaan baru tersebut mencapai 8,28 juta renminbi atau setara Rp18,56 miliar.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, KLBF melaporkan pendirian perusahaan baru bernama Global Starway Synergy Co. Ltd (GSS) pada 6 Desember 2022 melalui kongsi antara PT Global Chemindo Megatrading dan Synergy Investment.
Global Chemindo Megatrading merupakan anak usaha dari EPMT. Enseval Putera Megatrading sendiri merupakan anak usaha di bawah kendali KLBF yang bergerak di bidang perdagangan peralatan dan perlengkapan kesehatan dan laboratorium.
“PT Global Chemindo Megatrading, entitas anak perusahaan, dan Synergy Investment sepakat untuk mendirikan perusahaan baru bernama Global Starway Synergy Co. Ltd. yang berkedudukan di Shenzhen, China. Global Starway Synergy Co. Ltd. merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam dalam eksportasi dan penjualan dan bahan baku obat-obatan untuk manusia, obat-obatan untuk hewan dan makanan,” tulis Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Lukito Kurniawan Gozali, Kamis (8/12/2022).
Adapun modal yang disetor dan bagian kepemilikan Global Chemindo Megatrading adalah sejumlah 3.312.000 renminbi (40 persen) atau sekitar Rp7,42 miliar. Sementara suntikan modal dari Synergy Investment adalah 4.968.000 renminbi (60 persen) yang setara dengan Rp11,14 miliar.
“Pendirian GSS bertujuan untuk memperkuat sumber rantai pasokan di China dan kawasan,” lanjutnya.
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit per 30 September 2022, emiten berkode KLBF itu mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp21,18 triliun per September 2022, naik 10,9 persen dibandingkan dengan Rp19,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Divisi distribusi dan logistik membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 13,8 persen di sembilan bulan pertama 2022 sehingga menjadi Rp7,75 triliun, dari sebelumnya Rp6,81 triliun. Kenaikan juga diperlihatkan divisi produk kesehatan sebesar 11,9 persen menjadi Rp3,26 triliun dan berkontribusi sebesar 15,4 persen pada total penjualan Januari—September 2022.
Divisi nutrisi mencetak penjualan sebesar Rp5,75 triliun, tumbuh 11,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, divisi obat resep membukukan peningkatan penjualan sebesar 5,1 persen menjadi Rp4,40 triliun dari Rp4,19 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan penjualan ini diikuti dengan peningkatan beban pokok penjualan sebesar 15,04 persen secara tahunan menjadi Rp12,44 triliun, dari sebelumnya Rp10,81 triliun. Kenaikan beban terutama terlihat di pos bahan baku dan kemasan yang naik 32,88 persen yoy menjadi Rp4,82 triliun dari Rp3,62 triliun.
Meski demikian, emiten yang didirikan oleh Boenjamin Setiawan itu melaporkan bahwa Kalbe Farma terus melakukan peningkatan efisiensi pada kegiatan operasional untuk mempertahankan rasio laba usaha terhadap penjualan.
Laba usaha KLBF tercatat meningkat 8,8 persen menjadi Rp3,09 triliun di sembilan bulan pertama tahun 2022, dengan rasio laba usaha terhadap penjualan sebesar 14,6 persen. Sementara itu, laba bersih sampai akhir kuartal III/2022 mencapai Rp2,48 triliun, tumbuh 8,64 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,28 triliun.
“Ketidakpastian kondisi makro ekonomi global telah menciptakan tekanan inflasi yang luas dan masalah rantai pasokan berkepanjangan, yang makin diperburuk oleh krisis Rusia-Ukraina. Perseroan terus memperhatikan pentingnya pengelolaan atas peningkatan biaya bahan baku melalui kebijakan kenaikan harga, pengelolaan portofolio, dan pengelolaan efisiensi biaya operasional,” tulis manajemen Kalbe Farma dalam keterangan resmi, Senin (31/10/2022).
Di tengah kondisi ekonomi 2022 yang memperlihatkan sinyal pemulihan dan ekspektasi Covid-19 menjadi endemi, Kalbe Farma menargetkan pertumbuhan penjualan bersih 11—15 persen, begitu pula dengan laba bersih.
“Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis geopolitik global, kami berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan efisiensi biaya dan strategi pengelolaan harga. Kalbe Farma juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1,0 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi,” lanjut manajemen.