Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mencukil Peluang Rebound Saham GOTO di tengah Aksi HAKI Investor

Harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) terjun bebas pada hari pertama perdagangan usai lock up investor pra-IPO terbuka.
Komisaris Utama PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Garibaldi Boy Thohir menyampaikan harapannya dalam penawaran umum saham perdana ke publik atau IPO GoTo, Selasa (15/3/2022).
Komisaris Utama PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Garibaldi Boy Thohir menyampaikan harapannya dalam penawaran umum saham perdana ke publik atau IPO GoTo, Selasa (15/3/2022).

Bisnis.com, JAKARTA — Harga saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) terjun bebas pada hari pertama perdagangan usai lock up investor pra-IPO terbuka. Apakah ini menjadi akhir atau peluang bagi investor?

Mengamati situasi pasar, sepertinya investor dilanda kepanikan. Seketika jam perdagangan dibuka, investor langsung 'hajar kiri' atau haki alias buru-buru menjual.

Hal itu membuat saham GOTO terjerembab hingga auto reject bawah (ARB) untuk ke-4 kalinya dalam seminggu ini. Pelemahan saham Goto dibarengi dengan sentimen pembukaan lock-up saham investor pra-IPO.

Artinya, para investor GOTO yang membeli sebelum masa penawaran umum telah diperbolehkan menjual sahamnya ke pasar. Total saham free float di bawah 5 persen saat ini mencapai 63,04 persen atau setara 746,72 miliar unit.

Namun, bila mencermati jumlah investor yang melancarkan aksi haki, total saham yang siap dilepas atau berada dalam antrian jual mencapai 187,63 miliar lembar. Jumlah itu setara 15,5 persen dari total saham GOTO yang tercatat.

Artinya, mayoritas saham yang sudah lepas gembok, tetap tidak beranjak keluar dari portofolio. Di sisi lain, aksi beli investor di zona ARB menunjukkan ada pengepul yang melihat secercah peluang rebound dari saham teknologi tersebut.

Berdasarkan catatan Bisnis, dua investor pra-IPO GOTO pun mengisyaratkan tidak akan melego saham unicorn tersebut. Telkom menjadi institusi yang menegaskan tidak akan melepas portofolionya.

Vice President Corporate Communication Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Andri Herawan Sasoko mengatakan keputusan investasi Telkomsel di GOTO bersifat jangka panjang.

"Pertimbangan kelayakan investasi lebih kepada untuk mendapatkan value sinergi yang saling menguntungkan kedua belah pihak," kata Andri.

Dia melanjutkan, melalui Telkomsel, pihaknya akan terus mendorong peningkatan sinergi value dan capital gain dari GOTO ke depannya.

Teranyar, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca pun optimistis kinerja perseroan akan membaik dari sisi keuangan dan performa saham.

"Pasti membaik, karena hasil laporan terakhir membaik," kata Willson. Dengan optimistis, Willson masih memiliki harapan kinerja GOTO akan membaik ke depannya.

Sementara itu, ada 11 dari 20 analis dalam konsensus Bloomberg yang mengkover GOTO menyematkan pandangan beli, empat analis memberikan rekomendasi tahan, dan sisanya lima analis menyematkan rekomendasi jual.

Target harga rata-rata yang untuk saham GOTO dalam 12 bulan ke depan dipatok Rp292,88 per saham.

Research Analyst Deutsche Bank AG Reena Verma Bhasin dalam risetnya turut merekomendasikan buy saham GOTO, tetapi dengan target harga 12 bulan yang lebih rendah dari rata-rata yakni Rp250 per saham.

Bhasin menyebutkan kinerja GOTO di kuartal III/2022 lebih baik dari ekspektasi, didorong oleh bisnis on-demand akibat take-rate yang lebih kuat dan promosi yang lebih rendah. GOTO juga memutuskan untuk menetapkan acuan belanja operasional baru di tengah biaya beban pekerja dan overhead yang lebih rendah.

“Target harga kami tidak berubah di Rp250 per saham. Kami tetap merekomendasikan beli di tengah ekspektasi kinerja bottom line yang lebih baik dan berkurangnya kekhawatiran pembiayaan eksternal,” tulis Bhasin.

Dari sisi eksternal, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bakal mengambil kebijakan dovish terkait suku bunga setelah Desember.

Bos The Fed itu mengatakan bahwa kenaikan suku bunga akan melambat pada titik ini sebagai cara yang baik untuk menyeimbangkan risiko.

Namun dia menambahkan bahwa mengendalikan inflasi akan membutuhkan kebijakan menahan suku bunga pada tingkat yang restriktif untuk beberapa waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper