Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Isu Resesi Global dan Kenakan Suku Bunga, Bikin Serapan SBN Ritel Tahun Ini Moncer

Risiko resesi global dan tren kenaikan suku bunga menjadi katalis utama yang menopang tingginya serapan dan minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN).
Investor menunjukan aplikasi reksadana yang menjual Surat Berharga Negara di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Abdurachman
Investor menunjukan aplikasi reksadana yang menjual Surat Berharga Negara di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Risiko resesi global dan tren kenaikan suku bunga menjadi katalis utama yang menopang tingginya serapan dan minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN) ritel sepanjang tahun 2022.

Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie memaparkan serapan SBN ritel yang optimal pada tahun ini terjadi seiring meningkatnya minat investor ritel terhadap instrumen ini. Hal tersebut didukung oleh meningkatnya risiko resesi global dan ketidakpastian.

Ketidakpastian pasar yang meningkat mendorong masyarakat untuk cenderung waspada sebelum berinvestasi. Investor ritel juga lebih memilih untuk memarkir dananya pada investasi yang rendah risiko seperti SBN ritel.

“Faktor imbal hasil juga menjadi salah satu penopang serapan yang maksimal. Tren kenaikan suku bunga acuan BI di semester II/2022 membuat imbal hasil yang ditawarkan instrumen ini semakin atraktif,” jelasnya saat dihubungi, Selasa (29/11/2022).

Roby melanjutkan pemerintah juga terlihat berupaya mempercepat realisasi serapan SBN di sisa tahun 2022. Hal tersebut terlihat pada penambahan kuota secara bertahap yang dilakukan pada penawaran seri sukuk tabungan (ST) ST009.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, kuota pemesanan ST009 telah ditambah secara bertahap dari target awal Rp5 triliun.

Penambahan kuota terpantau bervariasi mulai dari Rp500 miliar hingga Rp1 triliun sebelum pemerintah memberlakukan penambahan bertahap sebesar Rp200 miliar dan Rp100 miliar mulai 21 November hingga 28 November.

Penawaran masuk untuk seri tersebut sejauh ini telah mencapai Rp10 triliun. Pemerintah juga telah menyebutkan kuota pemesanan untuk ST009 telah terjual habis.

Jika jumlah penawaran ST009 bertahan pada angka tersebut, maka jumlah serapan dari obligasi ritel pada tahun 2022 telah mencapai Rp107,43 triliun. Angka tersebut berada di atas target pemerintah yang mematok Rp100 triliun.

“Dengan minat pada ST009 yang tinggi, pemerintah sepertinya melihat ini menjadi kesempatan yang tepat untuk menambah kuota dan secara langsung mempercepat realisasi serapan SBN ritel,” imbuhnya.

Ke depannya, Roby melihat minat masyarakat terhadap SBN ritel masih tetap tinggi pada tahun 2023. Selain kelanjutan tren kenaikan suku bunga, sentimen risiko ketidakpastian perekonomian yang masih berlanjut pada tahun depan akan menjadi penopang outlook ini.

Sebagai informasi, sepanjang tahun 2022 pemerintah telah menerbitkan 7 seri obligasi ritel yang terdiri dari 2 obligasi ritel Indonesia atau ORI, 2 seri sukuk ritel (SR), 1 savings bond ritel (SBR), 1 sukuk tabungan (ST), dan 1 seri Sukuk Wakaf Ritel (SWR).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper