Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (25/11/2022) dibuka perkasa dihadapan dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat di posisi 15.653 naik 0,07 persen.
Mata uang negara lain juga dibuka bervariasi terhadap dolar AS. Won Korea Selatan turun 0,03 persen di posisi 1.328.84. Ringgit Malaysia di posisi 4.460 naik 0,79 persen. Sedangkan Rupee India menguat di posisi 81.627 naik 0,27 persen.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexndo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dalam riset jika untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.640 - Rp15.690.
Ibrahim menjelaskan jika pelemahan indeks dolar disebabkan oleh investor yang mendorong prospek laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve, dan bertaruh pada aset berisiko.
Pada pertemuan The Fed 1-2 November menunjukkan para pejabat sebagian besar puas karena dapat bergerak dalam lebih perlahan. Bulan ini, The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar 75 poin persentase untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang sangat tinggi.
Baca Juga
Risalah tersebut juga menunjukkan perdebatan yang muncul di dalam Fed mengenai risiko bahwa pengetatan kebijakan yang cepat dapat menimbulkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan.
Pada saat yang sama, para pembuat kebijakan mengakui hanya ada sedikit kemajuan yang dapat dibuktikan pada inflasi dan bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan.
Dari sisi internal, prospek ekonomi global diprediksi akan melambat dan mempengaruhi Indonesia.
Hal itu telah berulang kali disampaikan oleh pejabat pemerintah. Namun pemerintah belum perlu melakukan extra effort, menambah kebijakan terkait beratnya prospek perekonomian global, karena pemerintah masih mampu menjaga perekonomian dalam negari, ditengah permintaan komoditas yang tinggi.
“Tidak ada pemangku jabatan yang mengatakan Indonesia akan alami resesi, kondisi yang suram. Namun ada kesamaan pandangan bahwa kondisi global cukup berat maka perlu ada kehati-hatian,” ungkap Ibrahim dalam riset, Kamis (24/11/2022).
Apabila salah mengambil keputusan maka akan berdampak fatal terhadap proses pemulihan ekonomi. Sedangkan, kunci untuk menghadapi gejolak tersebut adalah sinergi dan koordinasi.
Dari sisi moneter, kenaikan suku bunga acuan memang dinilai bisa mengendalikan inflasi, namun berdampak kepada perekonomian yang melambat.
Sedangkan dari sisi fiskal, instrumen stok barang harus dilakukan untuk mengendalikan harga komoditas dalam negeri. Sekarang adalah tugas pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal.