Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Hari Ini Garang, Mata Uang Asia Kompak Gencet Dolar AS

Bersama dengan rupiah, seluruh mata uang di Asia menguat di hadapan dolar dengan won Korea Selatan mempimpin penguatan atau naik 1,76 persen.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah ditutup menguat ke Rp15.665 per dolar AS pada perdagangan Kamis (24/11/2022), seiring dengan pelemahan indeks dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup menguat 21,5 poin atau 0,14 persen ke Rp15.665 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,12 persen ke 105,95.

Bersama dengan rupiah, seluruh mata uang di Asia menguat di hadapan dolar, seperti yen Jepang yang mengat 0,35 persen, dolar Hong Kong menguat 0,10 persen, dolar Taiwan menguat 0,67 persen, won Korea Selatan mempimpin penguatan atau naik 1,76 persen.

Direktur PT Laba Forexndo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan indeks dolar karena investor mendorong prospek laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Federal Reserve, dan bertaruh pada aset berisiko. Hal ini sesuai dengan sisalah pertemuan The Fed 1-2 November 2022. 

Bulan ini, The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar 75 poin persentase untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya untuk menjinakkan inflasi yang sangat tinggi.

Risalah The Fed juga menunjukkan perdebatan yang muncul di dalam Fed mengenai risiko bahwa pengetatan kebijakan yang cepat dapat menimbulkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan.

Pada saat yang sama, para pembuat kebijakan mengakui hanya ada sedikit kemajuan yang dapat dibuktikan pada inflasi dan bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan.

Dari sisi internal, prospek ekonomi global diprediksi akan melambat dan mempengaruhi Indonesia. Hal itu telah berulang kali disampaikan oleh pejabat pemerintah. Namun pemerintah belum perlu melakukan ekstra effort, menambah kebijakan terkait beratnya prospek perekonomian global, karena pemerintah masih mampu menjaga perekonomian dalam negeri, di tengah permintaan komoditas yang tinggi.

“Tidak ada pemangku jabatan yang mengatakan Indonesia akan alami resesi, kondisi yang suram. Namun ada kesamaan pandangan bahwa kondisi global cukup berat maka perlu ada kehati-hatian,” ungkap Ibrahim dalam riset, Kamis (24/11/2022).

Apabila salah mengambil keputusan maka akan berdampak fatal terhadap proses pemulihan ekonomi. Sedangkan, kunci untuk menghadapi gejolak tersebut adalah sinergi dan koordinasi.

Dari sisi moneter, kenaikan suku bunga acuan memang dinilai bisa mengendalikan inflasi, namun berdampak kepada perekonomian yang melambat. Sedangkan dari sisi fiskal, instrumen stok barang harus dilakukan untuk mengendalikan harga komoditas dalam negeri. Sekarang adalah tugas pemerintah untuk menjalankan kebijakan fiskal.

Untuk perdagangan besok, Jumat (25/11/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di rentang Rp15.640 - Rp15.690.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper