Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengembang properti berkejaran mencetak penjualan rumah tapak atau residensial. Sampai dengan kuartal III/2022, BSDE mencetak pertumbuhan penjualan yang signifika ketika SMRA dan LPKR mengalami koreksi.
PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) mencatatkan pendapatan sebesar Rp7,14 triliun. Penjualan rumah dan tanah masih menjadi kontributor utama pendapatan BSDE dengan nilai mencapai Rp5,58 triliun naik 34,56 persen yoy.
Penjualan BSDE dibagi menjadi penjualan tanah dan bangunan, serta penjualan tanah dan bangunan strata title. Masing-masing penjualan tersebut mencatatkan nilai sebesar Rp5,02 triliun, dan Rp553,55 miliar.
"Proyek kami BSD City sebagai flagship project dan The Element tercatat sebagai proyek dengan nilai tertinggi yakni Rp843,19 miliar, setara 29,31 persen dari total Persediaan Bangunan yang Sedang Dikonstruksi," ujar Direktur BSDE Hermawan Wijaya.
Sementara itu, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) mencatatkan total pendapatan sebesar Rp7,22 triliun. Adapun penjualan bersih dari kaveling, rumah hunian, dan ruko menjadi penyumbang pendapatan terbesar CTRA, yakni sebesar Rp5,09 triliun.
Sebagai informasi jumlah itu naik 22,49 persen dibandingkan posisi tahun lalu Rp5,092 triliun.
Baca Juga
Adapun, PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) memiliki pendapatan total pendapatan sebesar Rp10,54 triliun. Pendapatan dari real estate development tercatat mencapai Rp2,79 triliiun. Jumlah ini terkoreksi 21,60 persen dari posisi Rp3,55 triliun pada tahun lalu.
Terakhir, PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) mencatat pendapatan bersih SMRA tercatat sebesar Rp4,21 triliun. Adapun segmen perumahan mengalami penurunan drastic 33 persen secara yoy dari posisi Rp1,9 triliun menjadi Rp1,31 triliun.
Penurunan penjualan rumah tapak oleh SMRA dan LPKR berbanding terbalik dengan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia menunjnukkan bahwa indeks harga properti residensial (IHPR) naik 1,94 persen pada kuartal III/2022 secara periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy). Sementara pada semester I/2022 tercatat peningkatan hingga 1,66 persen secara yoy.
Survei tersebut juga memprediksi bahwa harga properti residensial premier akan mulai meningkat secara terbatas hingga 1,65 persen secara yoy pada akhir tahun ini atau semester II/2022.
Dari sisi penjualan, sektor properti rumah tapak tercatat tumbuh 13,58 persen secara yoy pada kuartal III/2022. Angka ini lebih rendah dibanding 15,23 persen secara yoy pada semester I/2022.
Kemudian survei menunjukkan bahwa pembiayaan non-perbankan masih menjadi sumber utama untuk pembangunan rumah tapak. Per kuartal III/2022 tercatat sebanyak 73,2 persen dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.