Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Kerek Suku Bunga, Intip Rekomendasi Saham yang Cuan dan Boncos

Sejumlah saham diuntungkan dan dirugikan dengan keputusan BI mengerek suku bunga acuan.
Sejumlah saham diuntungkan dan dirugikan dengan keputusan BI mengerek suku bunga acuan. Bisnis/Himawan L Nugraha
Sejumlah saham diuntungkan dan dirugikan dengan keputusan BI mengerek suku bunga acuan. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) baru saja mengumumkan kenaikan suku bunga BI7DRR sebesar 0,5 bps menjadi 5,25 persen yang notabene tertinggi sejak tahun 2016. Sektor properti diperkirakan menjadi yang paling terdampak dengan adanya kenaikan suku bunga.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan kenaikan suku bunga terasa berat bagi sektor properti lantaran harga properti terpengaruh besarnya suku bunga yang dibebankan. Namun, Wawan menegaskan tidak berarti sektor properti akan terus negatif karena akan bergantung pada pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Selain sektor properti, sektor otomotif kemungkinan juga akan terimbas oleh naiknya suku bunga. Hal ini penjualan pada sektor otomotif dibarengi oleh kebutuhan masyarakat akan belanja.

Lebih lanjut, Wawan mengatakan kenaikan suku bunga akan berdampak pada emiten yang memiliki utang besar. Hal ini lantaran suku bunga otomatis meningkatkan cost of fund sehingga beban bunga kian bertambah besar.

Beberapa emiten juga dinilai akan kesulitan untuk melakukan ekspansi lantaran adanya peningkatan cost of fund. Namun, hal itu dapat diatasi dengan meningkatkan harga jual produk.

"Meskipun suku bunga tinggi, tetapi karena dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tinggi daya beli masyarakatnya mungkin tidak berdampak seperti 5 tahun atau 6 tahun yang lalu itu [2016]," ujar Wawan kepada Bisnis, pada Kamis (17/11/2022).

Selain itu, kenaikan suku bunga juga dinilai tidak akan berlangsung selamanya. Sepanjang inflasi di Amerika Serikat (AS) mulai turun, maka kenaikan suku bunga juga pasti akan melandai dengan kemungkinan terjadi pada akhir 2023 atau 2024.

Sementara sektor yang akan resilien atau kebal terhadap sentimen kenaikan suku bunga adalah consumer goods. Terlebih lagi tahun depan merupakan tahun politik sehingga akan ada imbas kenaikan konsumsi masyarakat.

Dengan adanya kenaikan suku bunga ini Wawan menyebut Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 7.400 pada akhir tahun.

Menurut Wawan, meski bank sentral AS alias the Fed kembali menaikan suku bunga pada Desember mendatang, BI tidak memiliki tekanan untuk menaikkan suku bunga lagi.

Kemudian untuk obligasi, Wawan menyebut sudah ada rebound, tetapi ada kemungkinan terjadi koreksi terlebih jika the Fed kembali menaikkan suku bunga. Hal ini membuat obligasisecara jangka pendek akan terkoreksi, tetapi berpotensi menguat setelahnya.

Wawan juga menyarankan agar para investor tidak perlu terlalu khawatir dengan adanya kenaikan suku bunga maupun potensi resesi pada 2023. Investor dinilai harus menyesuaikan time frame dengan tujuan investasi mereka.

Jika time frame adalah menengah panjang, maka investor harus berani untuk berinvestasi meski terjadi koreksi. Hal ini dengan catatan investor berinvestasi untuk jangka waktu di atas 3 tahun.

Sementara jika investor memiliki time frame jangka pendek, Wawan menyarankan agar melakukan investasi di pasar uang ketimbang obligasi maupun saham.

"Jadi saran saya untuk investor terutama generasi muda keep investing mau nominal kecil sedang besar yang penting secara reguler berinvestasi. Itu saran saya karena saya percaya Indonesia cukup resilien dengan resesi global dan kita masih punya modal untuk tahun depan itu kita bisa bertumbuh," jelas Wawan.

Wawan merekomendasikan saham BBCA dengan target harga Rp9.100 per saham. BBCA dinilai memiliki kinerja keuangan yang sangat baik dengan adanya pertumbuhan diatas ekspektasi.

Rekomendasi lainnya adalah saham ICBP dengan target harga di kisaran Rp10.000 hingga akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper