Bisnis.com, JAKARTA — PLTU Cirebon-1 dengan kapasitas 660 megawatt (MW) di Jawa Barat akan disuntik mati. Adapun, proyek tersebut merupakan konsorsum sejumlah perusahaan, termasuk PT Indika Energy Tbk. (INDY).
PLTU Cirebon-1 dioperasikan oleh PT Cirebon Electric Power (CEP). Berdiri pada 2007, CEP adalah konsorsium multi-nasional yang diperkuat nama-nama besar dalam industri energi dan infrastruktur Asia, yakni Marubeni Corporation, Indika Energy, Korean Midland Power (KOMIPO), dan Samtan Corporation.
Konsorsium inilah yang berada dibalik Pembangkit Listrik Unit 1 1x660 MW di Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Sejak beroperasi pada Juli 2012, atau 8 bulan lebih awal dari rencana semula, unit pertama kami ini telah menghasilkan 5TWh listrik pertahun melalui sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (Jamali).
Selanjutnya, CEP akan mengoperasikan PLTU Cirebon II berkapasitas 1000 MW, yang menerapkan teknologi ultra super critical boiler dengan tekanan dan suhu yang sangat tinggi, sehingga bisa mencapai tingkat efisiensi maksimal untuk memproduksi listrik.
PLTU Cirebon II ini menelan biaya investasi senilai US$2,1 miliar. Proyek ini juga diperkirakan akan memiliki kebutuhan batu bara untuk operasionalnya mencapai 40 juta ton per tahun.
Hari ini, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dan Asian Development Bank (ADB) menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk memulai pembahasan terkait dengan pensiun dini PLTU Cirebon-1 dengan kapasitas 660 megawatt (MW) yang berlokasi di Jawa Barat.
Baca Juga
Penandatanganan itu juga mengikutsertakan mitra terkait seperti Cirebon Electric Power (CEP) serta Indonesia Investment Authority (INA). Rencananya, pensiun dini PLTU milik swasta itu akan menggunakan pendanaan gabungan lewat skema energy transition mechanism (ETM).
“Independent Power Producer [IPP] yang akan dipensiunkan di bawah skema ini di Cirebon itu hanya langkah pertama, itu milestone pertama,” kata Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo saat Grand Launching Indonesia Energy Transition Mechanism Country Platform di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).
Nantinya, Darmawan mengatakan, skema pensiun dini lewat pendanaan gabungan ETM itu akan diperluas untuk meningkatkan target kapasitas PLTU yang disasar. Harapannya, dana yang dapat dihimpun juga makin besar pada tahapan berikutnya.
“Dengan skema platform seperti ini, kita punya mekanisme yang lebih jelas dan terdefinisi, baik dari segi financing-nya maupun dari sisi teknisnya, untuk memastikan bahwa investasi yang masuk nanti lebih commercially viable,” kata dia.
Dalam keterangan tertulisnya, ADB menyatakan tenggat pensiun dini PLTU Cirebon-1 itu masih dibahas seiring dengan negosiasi terkait dengan struktur pembiayaan final dari rencana tersebut. Adapun, PLTU itu telah memiliki kontrak operasi hingga 2042 mendatang.
Berdasarkan hitung-hitungan ADB, biaya pensiun dini PLTU Cirebon -1 berada di kisaran US$250 juta hingga US$300 juta. Kendati demikian, hitung-hitungan itu masih dalam tahap negosiasi.