Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali melemah menyusul indikasi pemerintah China yang tidak akan melonggarkan kebijakan zero Covid-nya.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (7/11/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember terpantau melemah 1,4 persen ke level US$91,28 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari terkoreksi 1,1 persen ke level US$97,50 per barel.
Harga minyak WTI terpantau turun pada awal pekan setelah melesat lebih dari 5 persen minggu lalu. Reli harga ini utamanya ditopang oleh spekulasi pasar terkait pelonggaran kebijakan lokcdown pemerintah China dan melemahnya dolar AS.
Namun, harapan tersebut pupus setelah pemerintah China menegaskan kebijakan lockdown nya guna menaati protokol pencegahan virus corona. Strategi zero Covid China dilakukan dengan lockdown wilayah dan tes besar – besaran untuk mencegah penularan virus corona.
Kebijakan ini memunculkan tekanan pada perekonomian China yang turut berimbas pada prospek permintaan minyak dari negara tersebut. Adapun, China merupakan importir minyak terbesar di dunia.
Adapun, harga minyak telah diterpa sejumlah isu seperti prospek permintaan China, dampak sanksi terhadap Rusia ditengah konfliknya dengan Ukraina, serta kebijakan OPEC untuk mengendalikan produksi pada bulan ini.
Baca Juga
Harga minyak juga dibayangi kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat pengetatan kebijakan moneter. Meski demikian, harga minyak tercatat masih menguat sekitar 20 persen secara year to date.
Daniel Hynes, Senior Commodity Strategist di Australia & New Zealand Banking Group Ltd menjelaskan, perhatian pasar masih tertuju pada China dan dampak dari kebijakan lockdownnya terhadap harga minyak.
“Sementara, dari sisi pasokan, harga minyak dipengaruhi oleh langkah OPEC yang akan mengurangi produksinya bulan ini serta batas waktu sanksi Eropa terhadap Rusia,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Warren Patterson, Head of Commodities Strategy ING Groep NV menambahkan pasar terlihat kecewa setelah munculnya konfirmasi dari pemerintah China terhadap langkah zero Covid nya. Hal ini akan menimbulkan tekanan tambahan pada pergerakan harga minyak.
“Meski demikian, dalam jangka waktu menengah hingga panjang, outlook harga minyak masih cukup konstruktif dengan adanya pengetatan pasar di tahun 2023,” jelasnya.