Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah prediksi resesi ekonomi di tahun depan, jumlah investor pasar modal Indonesia ternyata masih mengalami peningkatan. KSEI mencatat jumlah investor per September 2022 sebanyak 9,78 juta investor, naik 2,48 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Kenaikan ini memang tidak segencar akhir 2021 lalu, dimana jumlah investor naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi total 7,48 juta investor, tetapi hal ini membuktikan bahwa pasar modal kita masih memiliki potensi dan mampu menarik investor baru.
Berdasarkan data tadi, demografi investor pun masih didominasi oleh investor muda di mana 60%-nya berusia di bawah 30 tahun. Dengan proporsi sebesar itu, kelompok investor ini memiliki kekuatan pasar yang perlu diperhitungkan, meskipun secara aset masih di bawah kelompok umur lainnya.
Dengan dominasi investor baru dan milenial tersebut, pelaku pasar modal Indonesia harus mencermati pola investasi dari kelompok ini.
Dalam beberapa kejadian, investor baru dan milenial banyak terpengaruh oleh tren di komunitas dan influencer di media sosial yang bisa menyebabkan kenaikan harga saham dengan cukup tinggi dan melebihi nilai wajarnya, antara lain di saham-saham perusahaan startup teknologi dan bank digital.
Meskipun sebenarnya secara fundamental performa emiten-emiten tersebut masih cukup baik, tetapi dalam kejadian ekstrem pengaruh tren media sosial tersebut harus diwaspadai.
Baca Juga
Untuk memahami hal ini, kita bisa belajar dari pergerakan saham GameStop pada awal 2021 di AS. GameStop adalah perusahaan gerai video game yang performanya memburuk karena persaingan dengan toko online dan adanya pandemi.
Dengan prediksi harga sahamnya akan terus turun, perusahaan-perusahaan hedge fund melakukan short-selling terhadap saham GameStop untuk memperoleh keuntungan.
Meskipun demikian, beberapa influencer saham yang tergabung di forum sosial Reddit berhasil memengaruhi investor-investor ritel pemula untuk membeli saham GameStop dengan keyakinan bahwa jika nilai saham GameStop naik maka akan memicu short squeeze, yaitu hedge fund yang memiliki posisi short terhadap GameStop akan melakukan penjualan dengan volume besar untuk menutup posisinya, yang mengakibatkan nilai saham akan makin naik.
Keberhasilan kelompok investor pemula di forum Reddit untuk mendorong pembelian saham GameStop kemudian menjadi viral di media sosial dan semakin memengaruhi pembelian oleh investor baru. Saham GameStop juga makin populer didorong oleh tokoh berpengaruh seperti Elon Musk dan Chamath Palihapitiya.
Pada 28 Januari 2021, harga saham GameStop mencapai puncaknya seharga US$500 per lembar, jauh di atas valuasi pada awal bulan yang hanya seharga US$17,25, dengan mayoritas pembeli saham adalah investor muda dan pemula.
Pada posisi puncak tersebut, platform trading Robinhood yang merupakan sarana mayoritas investor ritel untuk membeli saham GameStop mengalami kesulitan likuiditas karena tingginya transaksi sehingga menghentikan transaksi pembelian saham GameStop.
Akibatnya pada 2 Februari harga saham GameStop anjlok menjadi di bawah US$100 per lembar. Beberapa pihak menyebutkan nilai yang hilang akibat penurunan tersebut mencapai US$ 27 miliar, dengan banyak kerugian dialami investor pemula.
Selama beberapa bulan setelah itu, harga saham GameStop terus mengalami volatilitas. Harga saham yang sudah tidak mencerminkan nilai perusahaannya menyebabkan banyak investor melakukan transaksi berdasarkan spekulasi sehingga menyebabkan kerugian yang besar.
Di Indonesia, pergerakan saham yang tinggi oleh pengaruh influencer dan media sosial sebenarnya sudah diantisipasi di dalam Undang-Undang Pasar Modal yang melarang semua pihak untuk menyampaikan fakta material yang menyesatkan untuk memengaruhi pihak lain membeli atau menjual efek.
Selain itu, OJK dan Bursa Efek Indonesia juga memiliki kebijakan untuk mengelola volatilitas pasar melalui pelarangan short selling, asymmetric auto-rejection, maupun trading halt dalam kondisi tertentu.
Meskipun demikian, belajar dari kasus GameStop, sebenarnya yang lebih utama dan perlu didukung oleh semua pihak adalah investor pemula harus terus diedukasi mengenai keberlanjutan investasi.
Perlu pengetahuan yang baik mengenai imbal hasil wajar dan risiko yang ada di pasar modal serta pemahaman bahwa pasar modal bukan tempat untuk mencari hasil instan dari transaksi spekulatif. Investor juga perlu mengedepankan analisa fundamental dan investasi jangka panjang dalam melakukan pembelian saham, sehingga tidak terpengaruh dengan tren sesaat.
Acara-acara edukasi seperti Capital Market Summit & Expo 2022 yang baru-baru ini diselenggarakan harus terus digalakkan.
Pada akhirnya dengan meningkatnya investasi yang baik dan bertanggung jawab oleh investor, maka pasar modal kita akan makin kuat sehingga dapat memajukan ekonomi nasional.
Kehadiran investor-investor baru juga akan memperkuat basis investor dalam negeri sehingga dapat mengurangi kerentanan pasar terhadap pengaruh ekonomi global.