Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melaporkan kenaikan laba bersih dan penjualan sampai akhir kuartal III/2022, meski tekanan kenaikan biaya bahan baku akibat perang Rusia-Ukraina berlanjut.
Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit per 30 September 2022, emiten berkode KLBF ini mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp21,18 triliun per September 2022, naik 10,9 persen dibandingkan dengan Rp19,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Divisi distribusi dan logistik membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 13,8 persen di sembilan bulan pertama 2022 sehingga menjadi Rp7,75 triliun, dari sebelumnya Rp6,81 triliun. Kenaikan juga diperlihatkan divisi produk kesehatan sebesar 11,9 persen menjadi Rp3,26 triliun dan berkontribusi sebesar 15,4 persen pada total penjualan Januari—September 2022.
Divisi nutrisi mencetak penjualan sebesar Rp5,75 triliun, tumbuh 11,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, divisi obat resep membukukan peningkatan penjualan sebesar 5,1 persen menjadi Rp4,40 triliun dari Rp4,19 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan penjualan ini diikuti dengan peningkatan beban pokok penjualan sebesar 15,04 persen secara tahunan menjadi Rp12,44 triliun, dari sebelumnya Rp10,81 triliun. Kenaikan beban terutama terlihat di pos bahan baku dan kemasan yang naik 32,88 persen yoy menjadi Rp4,82 triliun dari Rp3,62 triliun.
Meski demikian, manajemen emiten yang didirikan oleh Boenjamin Setiawan itu melaporkan bahwa Kalbe Farma terus melakukan peningkatan efisiensi pada kegiatan operasional untuk mempertahankan rasio laba usaha terhadap penjualan.
Baca Juga
Laba usaha KLBF tercatat meningkat 8,8 persen menjadi Rp3,09 triliun di sembilan bulan pertama tahun 2022, dengan rasio laba usaha terhadap penjualan sebesar 14,6 persen. Sementara itu, laba bersih sampai akhir kuartal III/2022 mencapai Rp2,48 triliun, tumbuh 8,64 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,28 triliun.
“Ketidakpastian kondisi makro ekonomi global telah menciptakan tekanan inflasi yang luas dan masalah rantai pasokan berkepanjangan, yang makin diperburuk oleh krisis Rusia-Ukraina. Perseroan terus memperhatikan pentingnya pengelolaan atas peningkatan biaya bahan baku melalui kebijakan kenaikan harga, pengelolaan portofolio, dan pengelolaan efisiensi biaya operasional,” tulis manajemen Kalbe Farma dalam keterangan resmi, Senin (31/10/2022).
Di tengah kondisi ekonomi 2022 yang memperlihatkan sinyal pemulihan dan ekspektasi Covid-19 menjadi endemi, Kalbe Farma menargetkan pertumbuhan penjualan bersih 11—15 persen, begitu pula dengan laba bersih.
“Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis geopolitik global, kami berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan efisiensi biaya dan strategi pengelolaan harga. Kalbe Farma juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp1,0 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi,” lanjut manajemen.
Adapun total aset Kalbe Farma cenderung stabil di posisi Rp26,18 triliun per September 2022, dari Rp25,66 triliun pada akhir Desember 2021. Kenaikan terutama disebabkan oleh bertambahnya persediaan dari Rp5,08 triliun pada 31 Desember 2022 menjadi Rp6,64 triliun per akhir kuartal III/2022.
Sementara itu, liabilitas KLBF naik 14,48 persen menjadi Rp5,03 triliun pada 30 September 2022, dari posisi 31 Desember 2021 Rp4,40 triliun. Kenaikan liabilitas terutama disumbang oleh bertambahnya utang bank jangka pendek sebesar Rp595 miliar.