Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup melemah di hadapan dolar AS bersama dengan seluruh mata uang di Asia lantaran greenback yang makin perkasa pada Rabu (19/10/2022).
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,22 persen atau 34,5 poin ke Rp15.498 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS kembali menguat 0,28 persen ke posisi 112,44.
Sejalan dengan rupiah, yuan China terpukul paling dalam melemah 0,30 persen, disusul baht Thailand melemah 0,28 persen, won Korea Selatan melemah 0,27 persen dan peso Filipina melemah 0,27 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan dolar AS naik lebih tinggi, memantul dari level terendah dua minggu, setelah inflasi Inggris melonjak ke level tertinggi 40 tahun dan serangkaian komentar hawkish dari pejabat Fed.
Inflasi Inggris meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan September, dengan indeks harga konsumen naik menjadi 10,1 persen pada basis tahunan, menyamai level tertinggi 40 tahun yang dicapai pada Juli.
Sementara, angka ini akan meningkatkan tekanan pada Bank of England untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter, dan juga menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga akan tetap tertekan, kemungkinan mengarah ke perlambatan ekonomi seiring berjalannya tahun.
Selain itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan The Fed dapat mendorong suku bunga acuannya di atas 4,75 persen jika inflasi yang mendasarinya tidak mereda. Komentarnya datang hanya beberapa hari setelah data menunjukkan inflasi AS tetap keras di dekat level tertinggi 40 tahun meskipun serangkaian kenaikan suku bunga tajam tahun ini.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic juga menekankan perlunya mengendalikan inflasi, mengutip tekanan pada pasar tenaga kerja dari kenaikan suku bunga dan harga.
Imbal hasil obligasi AS naik setelah komentar Bostic dan Kashkari, karena para pedagang mengkhawatirkan langkah yang lebih hawkish dari The Fed. Pasar juga memperkirakan peluang hampir 100 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk pertemuan keempat berturut-turut pada November.
Dari sisi internal, dengan adanya ketidakpastian yang terutama diakibatkan oleh The Perfect Storm, sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 berada pada kisaran 2,3 persen - 2,9 persen.
Proyeksi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dunia untuk 2022 yang berada pada kisaran 2,8 persen-3,2 persen. Saat gejolak terjadi Indonesia menjadi titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.
“Titik terang tersebut bisa menambah tingkat kepercayaan pemimpin dunia terhadap perekonomian Indonesia dan ini bisa dibuktikan dari data neraca perdagangan Indonesia (NPI) dibulan September 2022 yang kembali surplus sebesar US$4,99 miliar pada September 2022, meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar US$5,71 miliar. Sehingga kepercayaan global akan semakin baik dan ini bisa membantu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2022,” jelasnya dalam riset, Rabu (19/10/2022).
Walaupun kondisi ekonomi Indonesia kemungkinan akan membaik, namun semua pihak untuk tetap berhati-hati dalam menyikapinya dan tetap waspada bahwa resesi di depan mata masih ada.
“Kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen, dan saya masih meyakini di kuartal ketiga ini masih akan tumbuh di atas 5 persen, atau di atas 5,4 persen,” ungkapnya.
Untuk perdagangan besok, Rabu (19/10/2022), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp15.470 - Rp15.540 per dolar AS.
Adapun besok juga bertepatan dengan sewindu pemerintahan Presiden Joko Widodo, atau tahun ketiga pada masa jabatan kedua.