Bisnis.com, JAKARTA – BUMN PT Adhi Karya Tbk. bersiap mengantongi dua kontrak baru dari proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) di Filipina senilai Rp5 triliun. Emiten dengan kode saham ADHI ini menargetkan total kontrak baru senilai Rp25-30 triliun hingga akhir tahun.
Tercatat hingga Agustus 2022, ADHI telah memperoleh kontrak sebesar Rp16,3 triliun. Nilai itu bersumber dari proyek pemerintah sebesar 47 hingga 50 persen dan swasta sekitar 10 hinnga 20 persen. Pembiayaan proyek pemerintah tersebut berasal dari APN maupun government-to-government (G2G).
Direktur Operasi I Adhi Karya Suko Widigdo mengatakan jika penetapan dua kontrak LRT di Filipina ini merupakan bentuk pengembangan kompetensi dan mencari pasar di pasar regional.
“Dengan kombinasi pemerintah dan BUMN maupun afiliasinya, porsi kami hampir 90 persen,” katanya di acara yang dilaksanakan Mirae Asset Sekuritas.
Selain menunggu dua proyek LRT tersebut, ADHI juga tengah menunggu investasi Jakarta Outer Ring Road (JOOR) ruas Cikunir-Ulujami sepanjang 21,50 kilometer. Hal tersebut yang membuat ADHI optimistis akan memenuhi target higga akhir tahun.
Direktur keuangan dan Manajemen risiko Adhi Karya Agung Dharmawan juga memastikan agar target kenaikan dari top line dan bottom line sebesar 25 persen atau Rp25 triliun dapat tercapai dengan memitigasi hal-hal yang berpotensi mengganggu guidance perseroan.
Baca Juga
“Jadi, dengan kontrak baru per Juni sebesar 103 persen growth secara tahunan (year-on-year/yoy) atau Rp15,9 triliun, sementara per Agustus sudah Rp16 triliun lebih, kami berharap di akhir semester II-2022 ini target bottom line yang naik 25 persen atau Rp25 triliun itu tercapai, karena puncak dunia konstruksi itu di belakang,” imbuh Agung.
ADHI optimistis mampu mencapai target kontrak baru tahun ini. Sebab, di satu sisi ADHI sudah mendapatkan kepastiannya. Sementara di sisi lain, perseroan juga sedang fokus mengejar tiga paket pekerjaan yang diinisiasi oleh afiliasi-afiliasi BUMN.