Bisnis.com, JAKARTA – Moody's Investors Service meningkatkan peringkat surat utang senior Seri B yang diterbitkan oleh anak perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Eterna Capital Pte. Ltd., ke Caa3 dari Ca.
Rating Caa3 sendiri artinya BUMI masih dinilai memiliki kualitas buruk dan risiko kredit yang sangat tinggi. Namun penilaian ini lebih baik dari sebelumnya, Ca, yang artinya masih terlalu spekulatif bahkan berisiko gagal bayar.
Sejalan, Moody’s juga memberikan rating yang sama untuk Grup BUMI (Corporate Family Rating/CFR) dan surat utang senior Seri A dan Seri B dari Eterna Capital. Adapun, outlooknya diubah menjadi dalam tinjauan dari sebelumnya negatif.
Wakil Presiden dan Analis Senior Moody Maisam Hasnain mengatakan upgrade tinjauan untuk BUMI diberikan lantaran BUMI berencana segera membayar semua utangnya dari penerbitan saham US$1,6 miliar yang baru-baru ini disetujui oleh pemegang sahamnya.
“Peningkatan rating surat utang Seri B sejalan dengan CFR BUMI yang mencerminkan posisinya sebagai surat utang paling senior di struktur permodalan BUMI, menyusul pembayaran sisa pokok obligasi Seri A sebelum penerbitan saham baru selesai,” imbuh Hasnain dalam keterangan resmi, Kamis (13/10/2022).
Baru-baru ini, BUMI telah mendapatkan persetujuan untuk mendulang dana sebesar US$1,6 miliar atau setara Rp24 triliun dalam penerbitan 200 miliar saham baru. Saham tersebut dibeli langsung oleh Grup Bakri, Anthoni Salim, dan Agoes Projosasmito. BUMI diperkirakan akan mendapatkan hasil dari private placement tersebut pada 19 Oktober.
Baca Juga
Manajemen BUMI menyatakan akan menggunakan dana hasil emisi saham untuk melunasi seluruh utangnya (tidak termasuk obligasi wajib konversi (OWK)), sebelum jatuh tempo Desember 2022. Perusahaan telah mengumumkan akan menebus semua uang kertas Seri B pada 10 November 2022.
Rencana pelunasan utang tersebut akan mengurangi risiko gagal bayar jangka pendek karena BUMI tidak akan mampu membayar sekitar US$1,6 miliar dari utangnya pada Oktober 2022 yang jatuh tempo pada Desember 2022.
Setelah pelunasan utang, satu-satunya utang luar negeri yang tersisa yang dimiliki BUMI adalah pokok dan bunga yang masih harus dibayar atas OWK-nya, yang akan jatuh tempo pada Desember 2024.
“BUMI akan memiliki cukup uang untuk membayar kupon 6 persen pada OWK dan membayar bunga yang masih harus dibayar pada saat jatuh tempo. Pokok yang tersisa pada OWK akan dikonversi menjadi ekuitas,” jelas Hasnain.
Selanjutnya, kualitas kredit BUMI juga akan diuntungkan dari struktur permodalan yang meningkat secara signifikan dengan utang minimal, didukung oleh posisinya, melalui anak perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, sebagai produsen batu bara termal terbesar di Indonesia.
Kendati demikian, masih belum ada kejelasan lebih lanjut terkait kebijakan dan strategi pertumbuhan perusahaan ke depan setelah mendapat tambahan pemegang saham baru, Grup Salim.
“Tinjauan Moody selanjutnya akan berfokus pada proses pembayaran utang BUMI setelah mendapat dana hasil private placement, dan kebijakan finansial serta rencana BUMI ke depan setelah mendapat tambahan pemegang saham,” kata Hasnain.