Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berada pada tekanan jual menyusul jatuhnya sejumlah harga komoditas dan melemahnya rupiah pada perdagangan Rabu (12/10/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.00 WIB, kemarin, IHSG parkir pada posisi 6.939,14 atau melemah 0,79 persen. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada rentang 6.937,80 - 7.001,96.
Tercatat, 190 saham menguat, 340 saham melemah dan 164 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau pada posisi Rp9.171,47 triliun.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan indeks di Wall Street ditutup beragam pada Senin, Indeks DJIA ditutup menguat tipis sebesar 36,31 poin atau 0,12 persen, walaupun selama perdagangan DJIA sempat menguat sekitar 401 poin.
Kemudian, indeks berbasis saham teknologi Nasdaq turun terendah sejak Juni 2020 setelah semalam turun pada hari kelima sebesar 1,10 persen, karena investor berhati-hati menunggu data inflasi serta dimulainya rilis laporan keuangan emiten kuartal III/2022.
"Tekanan jual di Bursa Indonesia berpotensi masih tetap terjadi menyusul jatuhnya harga beberapa komoditas seperti minyak turun pada hari kedua sebesar 2,22 persen, emas turun pada hari kelima sebesar 0,14 persen, CPO turun 3,77 persen dan nikel turun sebesar 1,74 persen," jelasnya dalam riset, Rabu (12/10/2022).
Baca Juga
Menurutnya, pelemahan harga komoditas tersebut terjadi di tengah kembali menguatnya indeks dolar AS ke level 113,170. Hal ini membuat peluang rupiah diperkirakan akan kembali tersungkur menuju level Rp15.400.
Selain itu, naiknya yield Obligasi AS tenor 10 tahun ke level 3,945 persen alias mendekati 4 persen berpotensi menjadi tambahan sentimen negatif bagi perdagangan di Bursa Efek Indonesia hari ini.
Edwin memperkirakan IHSG bergerak pada rentang 6.895-6.981. Adapun, dia merekomendasikan beli pada saham PTBA, ICBP, BDMN, AKRA, MAPI, CPIN, INTP, RMKE, SMGR, ADHI, dan BBRI.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.