Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Indonesia sedang mencari investor Timur Tengah untuk penawaran rights issue maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA), bagian dari perubahan utang maskapai BUMN ini senilai $9,3 miliar.
Pemerintah menginginkan maskapai dari Uni Emirat Arab, Turki, dan Arab Saudi, khususnya yang memiliki pengaturan code-sharing, untuk mengambil rights issue saham Garuda.
“Mereka membutuhkan kami untuk lalu lintas haji dan kami membutuhkan mereka untuk terhubung ke pasar Eropa,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam wawancara di Jakarta, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/10/2022).
Penerbangan ziarah Garuda ke Timur Tengah adalah salah satu rute yang lebih menguntungkan dengan lebih dari 200.000 orang Indonesia terbang ke Arab Saudi untuk perjalanan setiap tahun, menurut data Kementerian Agama.
Mitra berbagi kode maskapai termasuk Emirates, Etihad Airways PJSC, Turkish Airlines dan Saudia Airlines, menurut situs webnya.
Pemerintah ingin Garuda memiliki mitra asing membantu meningkatkan penerbangan internasional karena maskapai ini fokus pada rute domestik.
Baca Juga
Pada 14 Oktober, operator akan meminta persetujuan RUPSLB untuk rencana rights issue yang juga akan membuat pemerintah menyuntikkan modal tambahan Rp7,5 triliun (US$490 juta).
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan sejalan dengan telah dirampungkannya proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) melalui putusan homologasi Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Garuda Indonesia mempercepat berbagai upaya strategis memaksimalkan restrukturisasi yang dijalankan.
"Di antaranya melalui kesiapan implementasi rights issue sebagai bagian dari tindak lanjut persetujuan proposal perdamaian PKPU dan rencana penambahan struktur permodalan melalui Penyertaan Modal Negara [PMN] dari Pemerintah,” ungkapnya.
Outlook kinerja usaha Garuda Indonesia Group yang diproyeksikan tumbuh positif tersebut, turut terefleksikan melalui laporan laba rugi komprehensif konsolidasian Semester I/2022 yang berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$3,76 miliar.
Adanya peningkatan pendapatan usaha sebesar 26,10 persen serta diiringi penurunan beban usaha sekitar 11,71 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Perolehan kinerja laba rugi komprehensif konsolidasian tersebut turut dikontribusi dari hasil restrukturisasi keuangan melalui PKPU yang dicatatkan pada laba buku Perusahaan.
Sesuai dengan perjanjian perdamaian yang telah disetujui lebih dari 95 persen kreditur, perolehan pendapatan restrukturisasi dikarenakan adanya skema penyelesaian utang kreditur melalui mekanisme haircut dan perpanjangan fasilitas utang.
"Dapat kami sampaikan bahwa pencatatan pendapatan atas restrukturisasi utang tentunya dilakukan dengan mengacu terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku dan telah diaudit oleh auditor independen PricewaterhouseCoopers (PWC) Indonesia dengan pendapat wajar tanpa pengecualian," terangnya.
Kinerja operasional Garuda Indonesia secara grup mencatatkan pertumbuhan penumpang sebesar 10,59 persen atau 6.516.555 penumpang dari periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu 5.892.274 penumpang.
Sementara itu, capaian kinerja positif mulai terlihat dari performa angkutan penumpang Garuda Indonesia (mainbrand) yang pada Semester 1 – 2022 mencapai 2.177.034 penumpang dibandingkan pada Semester 1 – 2021 yaitu 1.910.475 penumpang.
Pertumbuhan signifikan tercatat dari rute internasional yang meningkat 285 persen dengan total 218.734 penumpang.
Irfan memaparkan tingkat permintaan penumpang pada kuartal IV/2022, hingga saat ini menunjukan proyeksi pertumbuhan menjanjikan di mana dari total ketersediaan kursi pada keseluruhan periode akhir tahun yaitu sedikitnya 2,7 juta kursi untuk periode Oktober sampai dengan Desember.
Tingkat permintaan penumpang jelang kuartal IV/2022 berkisar di angka 84 persen. Angka tersebut tentunya akan bergerak dinamis sejalan dengan program restorasi armada yang sedang berlangsung serta demand pasar di periode peak season natal dan tahun baru mendatang.
Melalui pelaksanaan restorasi armada yang kami optimalkan khususnya di akhir tahun 2022 ini, Garuda Indonesia Group memproyeksikan dapat mengoperasikan sedikitnya 119 armada yang terdiri atas 61 armada yang dioperasikan oleh Garuda Indonesia dan 58 armada dari Citilink.
Langkah akselerasi restorasi armada juga diselaraskan dengan upaya simplifikasi jenis armada yang dioperasikan Garuda Indonesia, di antaranya melalui percepatan pengembalian secara bertahap salah satunya untuk armada Bombardier CRJ-1000 yang diproyeksikan akan berlangsung hingga akhir tahun 2022.