Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Volatil, Investor Saham dan Reksa Dana Harus Apa?

Investor saham maupun reksa dana sebaiknya tetap tenang dan menaruh dana sesuai dengan profil risikonya
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Investor disarankan untuk tidak masuk ke instrumen yang tidak sesuai dengan profil risikonya di tengah volatilitas pasar yang tengah terjadi saat ini.

Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi menjelaskan, kondisi pasar saat ini memang cenderung tertekan akibat sentimen–sentimen negatif dari eksternal. Hal ini berpotensi memicu investor untuk berinvestasi dengan tidak bijak dan keluar dari profilnya masing – masing.

Meski demikian, Eri mengatakan investor sebaiknya tetap tenang dan menaruh dana sesuai dengan profil risikonya.

“Strategi investasi di tengah volatilitas yang ada menurut saya tetap harus kembali pada profil risiko masing masing. Jangan tergiur kelas aset yang tidak sesuai dengan profil kita,” katanya saat dihubungi, Rabu (5/10/2022).

Selain itu, investor juga dapat memanfaatkan tren penurunan ini untuk masuk ke sebuah instrumen. Eri mencontohkan, investor dapat melakukan averaging down pada saham saat terjadi volatilitas seperti saat ini.

Ia menuturkan, kinerja fundamental sebuah perusahaan dan pergerakan harga saham seringkali tidak selaras, karena dipengaruhi beragam faktor.

“Sehingga hal ini juga dapat memberikan kesempatan averaging yang menarik,” katanya.

Sementara itu, laporan dari Infovesta Utama menyebutkan kinerja reksa dana saham dan pendapatan tetap sedang dalam kondisi yang volatil. Investor disarankan untuk tetap wait & see sebelum masuk ke instrumen tersebut.

Namun, bagi investor yang tetap ingin berinvestasi di reksa dana saham dapat melakukan strategi average down untuk memperkecil risiko kerugian.

“Sementara, untuk reksa dana pendapatan tetap, investor sebaiknya selalu waspada terhadap isu kebijakan kenaikan suku bunga the Fed maupun BI yang mempengaruhi pergerakan pasar obligasi,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper