Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Tengah Tekanan Inflasi, IHSG Berpeluang ke 7.500

Infovesta memperkirakan IHSG masih berpeluang ke 7.400-7.500 pada 2022 di tengah tekanan inflasi.
Infovesta memperkirakan IHSG masih berpeluang ke 7.400-7.500 pada 2022 di tengah tekanan inflasi. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Infovesta memperkirakan IHSG masih berpeluang ke 7.400-7.500 pada 2022 di tengah tekanan inflasi. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – PT Infovesta Utama mempercayai prospek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan tetap positif dan menurutnya berpotensi menyentuh level 7.500, di tengah tekanan inflasi saat ini.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengharapkan kenaikan inflasi yang dihadapi saat ini bersifat temporal. Karena menurutnya yang menjadi pemicu kenaikan inflasi adalah kenaikan harga bbm.

“Kalau kita spesifik bicara soal kuartal IV, saya rasa prospeknya [IHSG] cukup positif ya. Target kita itu [Infovesta Utama] tetap di 7.400 - 7.500 dengan ada potensi offside sekitar 4 persen,” jelas Wawan kepada Bisnis, Selasa (4/10/2022).

Menurutnya dengan berkaca dengan keadaan sebelum-sebelumnya, dia memperkirakan inflasi akan tinggi hingga awal tahun depan dan setelah itu harapannya perlahan menurun.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi pada September 2022 adalah sebesar 1,17 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dan secara tahunan inflasi pada September 2022 tercatat mencapai 5,95 persen (year-on-year/yoy).

Sementara itu, secara tahun berjalan, inflasi mencapai 4,84 persen (year-to-date/ytd). Tingkat inflasi secara tahunan tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2014, sebagai imbas dari kenaikan harga BBM.

“Meskipun ekspektasi inflasi tinggi harapannya pertumbuhan ekonomi juga tinggi, kan kita berekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini di atas lima persen, dan tahun depan juga segitu,” katanya.

Wawan menjelaskan meski ada kenaikan harga dengan adanya pertumbuhan ekonomi diharapkan permintaan atau demand dari masyarakat bisa meng-cover kenaikan inflasi.

Namun memang dengan kenaikan inflasi saat ini, Wawan mengungkapkan beberapa sektor seperti properti, otomotif dan juga multifinance akan mengalami penurunan kinerja di kuartal IV/2022 baik dari sisi penjualan maupun margin.

“Tapi kalau demand-nya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi ya harapannya emiten-emiten masih bisa membukukan profitabilitas. Jadi bisa membuat indeks lebih tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper