Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persediaan Apartemen Ciputra (CTRA) Tembus Rp1,8 Triliun, Bagaimana Penjualannya?

Persedian segmen apartemen dari emiten properti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) tembus Rp1,8 triliun.
Proyek apartemen The Newton 2. /Dok. www.newton2-ciputra.com
Proyek apartemen The Newton 2. /Dok. www.newton2-ciputra.com

Bisnis.com, JAKARTA - Persedian segmen apartemen dari emiten properti PT Ciputra Development Tbk. (CTRA) tembus Rp1,8 triliun. Adanya kenaikan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) ikut memperlambat serapan unit apartemen perseroan.

Direktur Ciputra Development Harun Hajadi mengatakan selama beberapa tahun ini segmen properti masih memperoleh serapan pasar. Meski demikian, Harun mengakui adanya kenaikan suku bunga mengganggu serapan tersebut.

"Tentu dengan adanya kenaikan suku bunga, akan memperlambat serapannya," ujar Harun kepada Bisnis pada Senin (3/10/2022).

Harun menyebut kenaikan suku bunga lantas mengurangi baik investor maupun spekulator pada segmen apartemen. Meski demikian, Harun menilai ada sisi positif dengan banyaknya peminat pasar properti dari end user.

Terkait dengan peminat ataupun konsumen segmen apartemen, Harun menyebut konsumen didominasi oleh konsumen yang relatif lebih muda atau dibawah usia 40 tahun.

Harun menambahkan belum pulihnya segmen apartemen dapat terlihat dari oversupply yang terjadi pada tahun 2014. Hingga saat ini masih terdapat banyak apartemen yang berstatus overhanging akibat oversupply tersebut meski terdapat serapan pasar selama beberapa tahun terakhir.

"Untungnya tidak banyak penambahan supply proyek baru di sektor apartemen selama beberapa tahun ini," ujar Harun.

Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, CTRA memiliki persedian senilai Rp11,2 triliun. Angka ini turun dari Rp11,57 triliun pada 31 Desember 2021.

Secara spesifik pada segmen apartemen, CTRA tercatat memiliki persediaan apartemen dalam penyelesaian senilai Rp1,87 triliun. Angka ini meningkat tipis dari Rp1,86 triliun pada 31 Desember 2021.

Harun sebelumnya mengatakan adanya penurunan dari persediaan secara keseluruhan menandakan adanya penjualan yang dilakukan secara rutin. Menurut Harun, penjualan harus dilakukan untuk mengejar penjualan sekitar Rp8,3 triliun hingga akhir tahun ini.

"Kita belum menambah landbank yang signifikan, tetapi pembelian rutin, pembulatan lahan di proyek, tetap harus berjalan," ujar Harun kepada Bisnis pada Rabu (21/9/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper