Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Reksa Dana Saham Dihimpit Tren Suku Bunga Global, Ini Saran Bagi Investor

Reksa dana saham tercatat masih mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja meski suku bunga global naik. Investor disarankan untuk terus memantau kondisi pasar.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Reksa dana saham tercatat masih mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja ditengah sejumlah sentimen negatif sepanjang pekan lalu. Meski demikian, investor disarankan untuk terus memantau kondisi pasar yang masih cukup volatil ke depannya.

Berdasarkan data dari Infovesta Utama pada Senin (26/9/2022), kinerja reksa dana saham pada periode 16 – 23 September 2022 terpantau turun tipis sebesar 0,08 persen. Sementara, secara year to date (ytd) reksa dana saham membukukan return positif sebesar 2,65 persen.

Infovesta memaparkan sepanjang pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat terbatas sebesar +0,14% ke level 7.178, sedangkan Dow Jones Indeks (DJI) ditutup terkoreksi sebesar -3,99% di level 29.593.

Dari sisi domestik, kinerja reksa dana saham dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunganya untuk meradam potensi lonjakan tingkat inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga pada BBM. Lonjakan harga BBM akan turut berdampak pada kenaikan harga makanan dan transportasi.

“Langkah BI dalam menaikan suku bunga diharapkan dapat meredam tingkat inflasi dan dapat meredam tergerusnya mata uang rupiah terhadap dolar AS yang tercatat pada akhir pekan lalu menyentuh di atas level Rp15.000,” demikian kutipan laporan tersebut.

Dari sisi global, tingkat inflasi AS yang masih belum terkendali, memicu langkah The Fed terus agresif menaikan suku bunganya. Pada 22 September 2022, The Fed menaikan suku bunganya sebesar 75 bps.

Bank sentral di beberapa negara secara bersamaan menaikan suku bunganya di tengah rilis data PMI Eropa yang menurun di 48,5 poin pada September 2022. Hal ini dapat menyebabkan kekhawatiran terhadap resesi dunia.

Di sisi lain, Indeks dolar meroket di atas level 113 untuk pertama kalinya sejak Mei 2022, didukung oleh ekspektasi The Fed akan tetap agresif dalam memerangi inflasi bahkan dengan risiko resesi. Penguatan dolar AS memicu penurunan harga minyak dunia, terlihat dari turunnya harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ke level US$78,74 per barel pada 24 September 2022.

“Melihat kondisi pasar saat ini, Reksa dana saham secara ytd mengalami peningkatan +2,65%, seiring dengan Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 9,07%,” demikian kutipan laporan tersebut.

Seiring dengan sentimen – sentimen tersebut, Infovesta menyarankan investor dapat wait and see terlebih dahulu. Hal ini mengingat beberapa negara telah serempak menaikan suku bungannya dan dapat memicu volatilitas pasar yang lebih lama.

“Kebijakan kenaikan suku bunga yang dilakukan banyak negara memperbesar potensi resesi ekonomi dunia,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper