Bisnis.com, JAKARTA – Volatilitas masih akan membayangi prospek kinerja reksa dana pendapatan tetap di sisa tahun ini.
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi mengatakan kinerja reksa dana pendapatan tetap masih akan cukup fluktuatif pada sisa 2022. Menurutnya, salah satu sentimen baru yang berpotensi menekan kinerja instrumen ini adalah kenaikan harga BBM subsidi.
Eri memaparkan, kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM akan berpengaruh terhadap langkah Bank Indonesia (BI). Dengan kenaikan harga BBM, Eri memperkirakan Bank sentral Indonesia akan melanjutkan kenaikan suku bunga.
Jika sentimen tersebut terealisasi maka harga obligasi akan cenderung tertekan. Dengan demikian kinerja reksa dana pendapatan tetap juga berpotensi melemah.
“Namun, dengan likuiditas yang masih cukup banyak di dalam negeri, pergerakan harga obligasi kami perkirakan tidak akan terlalu volatil,” jelas Eri saat dihubungi, Minggu (11/9/2022)
Sementara itu, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, tren kenaikan suku bunga global masih akan menjadi sentimen utama yang menekan prospek reksa dana pendapatan tetap.
Baca Juga
Dia menjelaskan, kenaikan suku bunga tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga di wilayah Eropa dan beberapa wilayah lainnya. Upaya tersebut seiring dengan upaya negara – negara tersebut dalam mengendalikan laju inflasi.
Di sisi lain, Rudiyanto menuturkan tren pelemahan di pasar obligasi dapat menjadi peluang bagi para investor. Hal ini terutama untuk investor yang melakukan alokasi aset dengan horizon investasi jangka panjang.
“Penurunan ini bisa dimanfaatkan untuk beli di harga murah,” katanya.
Sementara itu, Eri menyarankan investor untuk fokus pada reksa dana pendapatan tetap dengan durasi pendek. Menurutnya, strategi ini tepat dilakukan di tengah fluktuasi pasar yang masih cukup tinggi.
“Strategi ini juga kami lakukan di BPAM dengan melakukan penyesuaian durasi portofolio yang lebih pendek untuk menghindari potensi volatilitas,” pungkasnya.