Bisnis.com, JAKARTA — Tren pembelian kembali saham atau buyback saham di kalangan emiten-emiten berkapitalisasi besar dinilai tetap minim dalam beberapa waktu ke depan. Analis mencatat harga saham-saham berkapitalisasi besar telah mendekati level normalnya.
“Untuk saat ini kami tidak melihat banyak saham big caps yang masih undervalue. Rata-rata sudah menguat mendekati harga wajarnya,” kata Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto, Senin (19/9/2022).
Pandhu mengatakan aksi buyback hanya akan dilakukan emiten ketika terjadi penurunan harga yang cukup dalam. Aksi korporasi ini pun perlu diikuti dengan ketersediaan dana tidak terpakai (idle) dari masing-masing emiten.
“Kami melihat tren buyback tidak akan marak dalam waktu dekat. Yang lebih relevan saat ini adalah pembagian dividen karena rata-rata membukukan laba yang cukup kuat sejak tahun lalu,” tambahnya.
Sejumlah saham berkapitalisasi besar tercatat melakukan buyback, di antaranya adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT United Tractors Tbk. (UNTR), hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Sementara itu, indeks yang memayungi saham-saham berkapitalisasi besar paling likuid IDX30 terpantau menguat 0,85 persen pada penutupan perdagangan hari ini. Sebanyak 12 saham berakhir di zona merah, 2 saham stagnan, dan sisanya 16 saham menguat.
Baca Juga
Saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menjadi saham yang naik paling tinggi dengan kenaikan 4,48 persen, kemudian disusul ASII yang menguat 3,99 persen, dan TLKM naik 2,95 persen.
Terpisah, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna menuturkan terdapat 12 perusahaan tercatat yang tengah berada dalam periode buyback per 16 September 2022.
"Sebanyak 9 di antaranya telah melaksanakan buyback dengan total pelaksanaan buyback sebesar Rp1,7 triliun, atau 22,4 persen dari nilai rencana buyback," kata Nyoman, Senin (19/9/2022).
Sementara itu, untuk realisasi pelaksanaan buyback sepanjang tahun 2022 adalah sebesar Rp7,6 triliun. Menurut Nyoman, angka tersebut setara dengan 24,86 persen dari total nilai rencana buyback.