Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) buka suara mengenai pembagian dividen untuk tahun buku 2022. Adapun manajemen memberi sinyal akan memberikan dividen untuk tahun buku 2022.
Chief Financial Official Adaro Energy Lie Luckman mengatakan manajemen masih akan menunggu hingga akhir tahun dan melihat hasil kinerja tahun buku 2022. Hal ini lantaran manajemen asih menghitung dana belanja modal atau capital expenditure (capex) yang diperlukan untuk masuk ke pasar mineral hijau.
“Untuk bertransformasi ke energi terbarukan kita tahu kita juga masuk ke mineral tentu kita membutuhkan capex yang cukup besar,” ujar Luckman dalam Public Expose 2022 pada Senin (12/9/2022).
Meski demikian, Luckman menyebut ADRO tidak akan meninggalkan kepentingan para investornya. Manajemen nantinya akan memperhatikan dan menjaga keseimbangan antara pengembalian dari pendapatan untuk profit jangka panjang dengan kepentingan investor untuk mendapatkan dividen dalam jangka pendek.
"Jadi tentu kita akan tidak meninggalkan kepentingan dari para investor kita," ujar Luckman.
Berdasarkan laporan keuangan Adaro sampai dengan semester I/2022, ADRO mencatatkan pendapatan bersih tumbuh 127 persen dari US$1,56 miliar menjadi US$3,54 miliar. Seiring kenaikan pendapatan tersebut, laba bersih ADRO melonjak 617,15 persen dari US$169,96 juta menjadi US$1,21 miliar.
Baca Juga
ADRO berhasil meningkatkan produksi sebesar 6 persen y-o-y menjadi 28,0 juta ton dari 26,5 juta ton pada semester I/2022. Peningkatan produksi membantu kenaikan penjualan batu bara sebesar 7 persen menjadi 27,5 juta ton 1H22 dari 25,8 juta ton di periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian, ADRO juga mencatat penurunan pengupasan lapisan penutup sebesar 11 persen menjadi 102,05 Mbcm pada semester I/2022 dari 115,2 Mbcm dan nisbah kupas turun 16 persen y-o-y menjadi 3,64 kali dari 4,35 kali.
Sebelumnya diberitakan, CEO Adaro Energy Garibaldi Thohir mengakui bahwa semester pertama 2022 adalah semester yang sangat kondusif untuk harga, sehingga mendorong pendapatan menyentuh rekor-rekor tertinggi dalam sejarah perusahaan.
“Cuaca buruk, kelangkaan pasokan dan peristiwa-peristiwa geopolitis mendorong harga ke level yang tinggi dalam sejarahnya, sehingga menunjang kenaikan ASP perusahaan,” ungkap Garibaldi dalam keterangan resmi, Selasa (30/8/2022).