Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Menguat, Saham Bank Jumbo BBCA hingga BBRI Melesat

IHSG naik 0,88 persen atau 63,44 poin menjadi 7.250 ditopang saham bank jumbo seperti BBCA hingga BBRI.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/8/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat signifikan pada pembukaan perdagangan Kamis (8/9/2022) dengan dorongan saham-saham perbankan.

Pukul 09.21 WIB, IHSG naik 0,88 persen atau 63,44 poin menjadi 7.250. Terpantau 265 saham naik, 179 saham turun, dan 187 saham stagnan.

Saham bank jumbo menopang laju IHSG. Saham BBRI naik 2,47 persen, BBCA 0,9 persen, BMRI 1,41 persen, dan BBNI 1,46 persen.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih menyampaikan pada perdagangan kemarin, Rabu (7/9/2022) IHSG ditutup melemah sebesar -0,64 persen atau -46,40 poin di level 7.186,76.

"Untuk hari ini IHSG diprediksi bergerak mixed dalam level 7.160 - 7.283," paparnya dalam publikasi riset.

Bank Indonesia (BI) mencatatkan Cadangan Devisa (Cadev) Indonesia pada akhir Agustus 2022 sebesar US$132,2 miliar. Capaian tersebut sama dengan posisi bulan sebelumnya pada Juli 2022. Besaran CAadev tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa dan penerimaan devisa migas.

"Hal ini merefleksikan Cadangan Devisa Indonesia masih cukup kuat melawan ketidakpastian global, di tengah kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar mata uang rupiah," jelasnya.

Dari mancanegara, rilis Data Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Australia pada kuartal II/2022 mencatatkan pertumbuhan 0,9 persen QoQ dari sebelumnya 0,7 persen atau 3,6 persen YoY dari sebelumnya 3,3 persen pada kuartal I/2022.

Sementara itu, kinerja ekspor China tercatat tumbuh melambat pada periode Agustus 2022 di level 7,1 persen YoY, lebih lambat dibandingkan Juli 2022 yang tumbuh 18 persen YoY. Adapun kinerja impor mencatatkan pertumbuhan 0,3 persen YoY pada periode Agustus 2022, lebih rendah dari bulan Juli 2022 sebesar 2,3 persen YoY.

Melambatnya kinerja impor China disebabkan diterapkan kembali kebijakan pembatasan sosial yang membuat impor minyak mentah, biji besi, dan kedelai turun signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper