Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel pengelola Hypermart, PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) secara resmi mengumumkan Chief Executive Officer (CEO) perseroan, yakni Wim Maris menggantikan Elliot J. Dickson.
Presiden Komisaris Matahari Putra Prima Rudy Ramawy mengatakan, perubahan kepemimpinan ini merupakan langkah maju dalam fase pertumbuhan dan transformasi MPPA selanjutnya.
“Beliau [Wim Maris] membawa visi yang jelas dan kepemimpinan yang kuat, semangat untuk melayani pelanggan, dan kemampuan eksekusi yang dibutuhkan untuk membangun kepemimpinan pasar kami di lingkungan yang cepat berubah ini,” paparnya dalam keterangan resmi, Selasa (6/9/2022).
Wim Maris sebelumnya merupakan Presiden MPPA yang membawahi dan mengelola semua divisi komersial perseroan.
Dirinya tercatat sebagai warga negara Belgia dengan lebih dari 30 tahun pengalaman komersial dan kepemimpinan, dan telah berkecimpung selama 18 tahun di bidang ritel, dan berpengalaman dengan rantai pasokan yang luas berkat kiprahnya di industri ritel makanan ternama Ahold Delhaize.
CEO MPPA Wim Maris berkomentar, peluang ritel di Indonesia sangat menarik, terutama dengan kebutuhan, gaya hidup, dan aspirasi pelanggan yang berubah dengan cepat.
Baca Juga
“Saya berharap dapat memimpin perusahaan dan bekerja sama dengan tim untuk membangun kepemimpinan pasar MPPA dan mengubah perusahaan menjadi peritel terkemuka di masa depan,” ujarnya.
MPPA kini telah memiliki jaringan 200 toko multi-format nasional dan tengah mengembangkan strategi ritel omni-channel dan efisiensi operasional.
Di tengah kenaikan harga BBM subsidi, emiten ritel seperti MPPA diproyeksikan memiliki daya tahan yang cukup kuat.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Raditya Krisna Pradana mengatakan, mayoritas saham-saham ritel berada di downtrend-nya.
“Ada beberapa emiten ritel yang menarik menurut kami, antaralain MPPA, buy on weakness dengan target harga Rp250,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/9/2022).
Pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (6/9/2022) saham MPPA ditutup di zona merah dengan koreksi 1,65 persen senilai Rp179 per saham.