Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hypermart (MPPA) Merugi 6 Tahun, 2023 Targetkan Cetak Laba?

Hypermart (MPPA) terakhir kali membukukan laba pada 2016 dengan nilai Rp38,43 miliar dan menargetkan bisa mulai membukukan laba pada 2023 mendatang.
Petugas Hypermat tengah memindahkan barang belanjaan konsumen. Layanan park and pick up menjadi salah satu layanan baru PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)./hypermart.co.id
Petugas Hypermat tengah memindahkan barang belanjaan konsumen. Layanan park and pick up menjadi salah satu layanan baru PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)./hypermart.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel pengelola jaringan Hypermart PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) menargetkan bisa mulai membukukan laba pada 2023, setelah mengalami rugi dalam enam tahun terakhir secara berturut-turut.

“Kami menargetkan tahun depan sudah mulai menunjukkan profitabilitas, kami berusaha hal itu terealisasi di 2023,” kata  Direktur MPPA Herry Senjaya dalam paparan publik virtual, Jumat (26/8/2022).

MPPA terakhir kali membukukan laba untuk tahun buku 2016 dengan nilai Rp38,43 miliar. Perseroan kemudian menderita rugi sebesar Rp1,24 triliun pada 2017, Rp898,27 miliar pada 2018, dan Rp552,67 miliar di 2019.

Besar kerugian MPPA cenderung turun menjadi Rp405,31 miliar pada 2020 dan selanjutnya Rp337,54 miliar pada 2021. Adapun sepanjang semester I/2022, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp158,60 miliar. Nilai tersebut lebih besar daripada rugi bersih semester I/2021 sebesar Rp91,50 miliar.

Seiring dengan target untuk menekan rugi, Herry mengatakan MPPA membidik kenaikan penjualan sebesar 10 persen secara tahunan atau mencapai Rp7,32 triliun dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp6,65 triliun. Sepanjang paruh pertama 2022, penjualan MPPA mencapai Rp3,71 triliun, tumbuh 4,80 persen secara tahunan dibandingkan dengan semester I/2021 sebesar Rp3,54 triliun.

Target pertumbuhan penjualan ini dipatok Hypermart di tengah risiko kenaikan inflasi. Herry mengatakan perseroan akan terus menyediakan produk yang relevan bagi konsumen dalam menghadapi tantangan ini.

“Kenaikan inflasi tentunya akan berdampak ke semua segmen konsumen. Kami menyadari risiko ini dan terus berusaha menyediakan produk yang relevan bagi konsumen dalam menghadapi kondisi high inflation,” kata dia.

Penjualan MPPA sepanjang paruh pertama 2022 mencapai Rp3,71 triliun, tumbuh 4,80 persen secara tahunan dibandingkan dengan semester I/2021 sebesar Rp3,54 triliun.

Seiring dengan naiknya penjualan, beban pokok penjualan juga tercatat naik 4,28 persen year on year (yoy) menjadi Rp3,04 triliun dari sebelumnya Rp2,91 triliun. Laba kotor MPPA tetap tumbuh 7,23 persen yoy menjadi Rp673,20 miliar dari sebelumnya Rp627,80 miliar.

Meski demikian, membengkaknya beban umum dan administrasi sebesar 26,90 persen yoy menjadi Rp643,43 miliar dan kenaikan beban penjualan sebesar 30,79 persen yoy menjadi Rp149,72 miliar membuat MPPA berbalik menanggung rugi usaha sebesar Rp158,60 miliar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, MPPA mencatatkan laba usaha Rp50,41 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper