Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (5/9/2022), beriringan dengan melemahnya beberapa mata uang di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah 11,50 poin atau 0,08 persen pada hari ini sehingga parkir di posisi Rp14.907,00 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.15 WIB terpantau menguat 0,5000 poin atau 0,46 persen ke level 110,0340.
Adapun mata uang lain yang turut melemah adalah won Korea Selatan yang turun 0,65 persen, yuan China turun 0,58 persen, peso Filipina turun 0,36 persen, dan yen Jepang yang melemah 0,26 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, baht Thailand terpantau menguat 0,06 persen, dan dolar Hongkong menjadi naik tipis 0,00 persen atau 0,0003 poin terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian mengatakan dolar AS naik ke level tertinggi baru dua dekade di hari ini setelah Rusia menghentikan pasokan gas ke Eropa.
Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran pasar akan kekurangan energi dengan musim dingin yang akan datang.
Baca Juga
Ditambah lagi adanya ekspektasi Federal Reserve akan melanjutkan pengetatan moneter yang agresif, terutama setelah rilis data non-farm payrolls yang lebih baik dari perkiraan pada hari Jumat.
“Pasar berjangka telah memperkirakan peluang lebih dari 50 persen The Fed akan menaikkan 75 basis poin pada pertemuan kebijakan September,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Senin (5/9/2022).
Sementara itu pertemuan Bank Sentral Eropa akhir pekan ini, diperkirakan akan menaikkan suku bunga mengingat inflasi dengan cepat mendekati dua digit di Zona Euro dan para pembuat kebijakan menjadi khawatir tentang harga tinggi yang tertanam kuat.
Lebih lanjut dari sentimen domestik, Presiden Joko Widodo akhirnya memutuskan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Harga Pertalite diputuskan naik sekitar 30 persen dari Rp7.650 jadi 10.000 per liter.
“Katalis kenaikan harga BBM Bersubsidi akan menjadi salah satu penggerak utama di pasar finansial Indonesia,” ungkap Ibrahim.
Dia menjelaskan naiknya harga BBM Bersubsidi akan berdampak terhadap kenaikan inflasi, yang membuat mata uang garuda kembali menjadi korban walaupun respon awal sempat menguat sesaat.
Walaupun kebijakan tersebut dapat meningkatkan inflasi, menaikkan suku bunga, dan merugikan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek, keputusan tersebut menurutnya akan menghilangkan kebijakan menggantung yang membuat orang asing enggan membeli aset dalam rupiah.
Berdasarkan sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan pergerakan rupiah besok, Selasa (6/9/2022), dibuka fluktuatif tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.880 - Rp14.930 per dolar AS.