Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten batu bara Grup Bakrie PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) terpantau melanjutkan pergerakan di zona hijau dan masih menjadi saham teraktif dan favorit di bursa, terlebih usai mengumumkan akan melaksanakan private placement jumbo Rp24 triliun.
Mengutip data Bloomberg, saham BUMI, masih jadi favorit dengan kenaikan hingga 10,67 persen atau 19 poin ke Rp197 pada perdagangan Senin (5/9/2022).
Sepanjang 2022 berjalan (year-to-date/ytd), saham BUMI berhasil tumbuh 194,03 persen, dan dalam setahun naik 258,18 persen.
BUMI juga tercatat menjadi saham teraktif di Bursa Efek Indonesia hari ini dengan nilai transaksi tertinggi mencapai Rp1,65 triliun dan volume 8.709.181.400 lembar.
Kenaikan harga saham BUMI beriringan dengan pengumuman aksi korporasi dengan rencana menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan fokus untuk membayar utang.
BUMI berencana menerbitkan sebanyak 200 miliar saham Seri C baru dengan harga Rp120, sehingga dana yang diraih diharapkan dapat mencapai Rp24 triliun.
Baca Juga
Dana tersebut akan digunakan BUMI untuk membayar utang PKPU dan juga memperkual modal kerja yang saat ini di posisi negatif terhadap total aset sudah melebihi 80 persen.
Jumlah utang PKPU per 30 Juni 2022 sebesar US$1,79 miliar dan saldo Utang PKPU setelah jadwal pembayaran pada 12 Juli 2022 sebesar US$1,72 miliar setelah adanya penambahan dari kapitalisasi bunga sebesar US$47,2 juta dan pengurangan dari pembayaran sebagian utang PKPU sebesar US$ 115,27 juta dengan menggunakan kas internal perseroan dengan kur yang disepakati US$15.000 per dolar AS.
Selanjutnya jumlah utang PKPU pada saat rencana pelaksanaan PMTHMETD diproyeksikan menjadi US$1,54 miliar karena adanya penambahan dari porsi bunga terutang yang diproyeksikan sampai 17 Oktober 2022 sebesar US$36,42 juta dan pengurangan dari rencana pembayaran sebagian utang PKPU sebesar US$220,96 juta menggunakan kas internal perseroan.
Sepanjang semester I/2022, BUMI mencatatkan pendapatan sebesar US$968,68 juta atau setara Rp14,45 triliun (kurs Rp14.925) meningkat 129,6 persen dari periode yang sama atau year-on-year (yoy). Pada semester I/2021, BUMI membukukan pendapatan sebesar US$421,86 juta atau setara Rp6,02 triliun (kurs Rp14.285).
Kendati BUMI mencatatkan laba bersih melesat mencapai US$167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, meningkat 8.768 persen dari US$1,890,725 atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, saat ini BUMI masih dalam fase percepatan pembayaran utang.
“Ini yang menjadi prioritas utama kami dan membangun kembali kesehatan perusahaan,” kata Dileep.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi memberikan rekomendasi beli (buy) dan target harga discounted cash flow (DCF) saham BUMI sebesar Rp305, melihat valuasi cadangan batu bara sebesar US$1,15 per ton, masih jauh lebih rendah daripada ADRO sebesar US$5,63 per ton dan ITMG US$6,73 per ton.
“Jika private placement berhasil, BUMI dapat mengantongi hingga Rp24 triliun, cukup untuk melunasi semua utang PKPU perseroan. Ini akan menjadi katalis positif bagi BUMI, karena akan membantu perusahaan menurunkan sekitar US$130 juta dalam beban bunga per tahun, meningkatkan EPS sekitar 15 persen dan mengubah BUMI menjadi perusahaan dengan net cash pada 2023,” kata Jonatha dalam riset, Senin (5/9/2022).