Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatatkan pertumbuhan laba signifikan yakni 8.768 persen pada semester I/2022. Laba bersih BUMI mencapai US$167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, dibandingkan US$1,89 juta atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021.
Bila ditelisik dari kinerja operasional, BUMI mencatatkan penjualan batu bara hingga US$963,149,147 atau setara Rp14,37 triliun. Melalui dua anak usahanya, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, BUMI memproduksi 34,5 juta ton batu bara. Angka ini turun 14 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu atau year-on-year (yoy), yakni dari 40,1 juta ton pada semester I/2021.
KPC dan Arutmin jika dijumlahkan juga mencatat penurunan penjualan batu bara hingga 16 persen. Kedua perseroan menjual hingga 33,8 juta ton batu bara dari 40,2 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun harga freight on board (FOB) batu bara rata-rata mencapai US$108 per ton. Namun, harga FOB naik hingga 92 persen dari US$56,2 per ton menjadi US$108 per ton.
Secara rinci, KPC memproduksi sebanyak 23,2 juta ton batu bara pada semester I/2022. Angka tersebut turun 21 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni 29,3 juta ton.
Kemudian untuk penjualan batu bara, KPC telah menjual 22,2 juta ton batu bara atau turun 25 persen dari 29,6 juta ton pada tahun lalu. Sementara harga FOB KPC berada di angka US$126,9 per ton.
Baca Juga
Pada semester I/2022, Arutmin memproduksi sebanyak 11,4 juta ton batu bara. Angka tersebut naik 6 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu yakni 10,7 juta ton.
Sementara untuk penjualan batu bara, Arutmin mencatatkan penjualan sebanyak 11,6 juta ton atau meningkat 9 persen dibanding tahun lalu yakni 10,7 juta ton. Harga FOB Arutmin mencapai US$72 per ton.
Sebelumnya, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengakui bahwa kinerja keuangan BUMI ditopang oleh kenaikan harga jual. Hal ini lantas mendorong pendapatan BUMI meski produksi dan penjualan mengalami penurunan.
“Meski produksi dan penjualan turun 16 persen, kinerja keuangan BUMI ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata BUMI yang naik sampai 92 persen. Sehingga mendorong pendapatan perusahaan,” terang Dileep.