Bisnis.com, JAKARTA - Emiten grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) tercatat memiliki sejumlah transaksi maupun kontrak dengan Jhonlin Grup dalam bisnis tambang batu bara.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, tercatat PT Jhonlin Baratama merupakan salah satu pemasok yang mempunyai transaksi lebih 10 persen dari total beban pokok pendapatan untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal-tanggal 30 Juni 2022 dan 2021.
BUMI membayar US$111,07 juta atau setara Rp1,65 triliun (kurs Rp14.925) pada 2022. Angka ini meningkat 57,7 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni US$70,43 juta atau setara Rp1 triliun (kurs Rp14.285).
Adapun kontrak yang dijalin BUMI dengan PT Jhonline Baratama untuk jasa pengoperasian tambang batu bara di area Serongga, Kalimantan Selaran dengan durasi hingga 12 tahun, yakni dari 2 Januari 2013 hingga 31 Desember 2025.
BUMI kemudian tercatat memiliki transaksi pendapatan dari PT Jhonlin Grup yang merupakan pelanggan dengan transaksi lebih 10 persen dari total pendapatan untuk periode Enam Bulan yang berakhir pada pada tanggal-tanggal 30 Juni 2022 dan 2021.
PT Jhonlin Group menyumbang sebanyak US$186,99 juta atau setara Rp2,79 triliun per 30 Juni 2022. Angka ini meroket hingga 97,69 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu, yakni sebesar US$94,59 juta atau setara Rp1,41 triliun.
Baca Juga
BUMI juga tercatat memiliki piutang usaha dari PT Jhonlin Group sebesar US$92,94 juta atau setara Rp1,38 triliun pada semester I/2022. Angka ini naik drastis 135 persen dari US$39,4 miliar atau setara Rp562,9 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara untuk utang usaha, BUMI tercatat memiliki utang US$6,88 juta atau setara Rp102,72 miliar kepada PT Jhonlin Group pada semester I/2022. Angka ini turun 5,23 persen dari US$7,26 juta atau setara Rp103,74 miliar
Sepanjang semester I/2022, BUMI mencatatkan pendapatan sebesar US$968,68 juta atau setara Rp14,45 triliun meningkat 129,6 persen dari periode yang sama atau year-on-year (yoy) dari semester I/2021 sebesar US$421,86 juta atau setara Rp6,02 triliun.
Sementara untuk laba bersih BUMI membukukan pertumbuhan hingga US$167,67 juta atau setara Rp2,5 triliun, meningkat 8.768 persen dari US$1,89 juta atau setara Rp27 miliar pada semester pertama 2021.
Meski mencatatkan pertumbuhan laba yang signifikan, BUMI akan fokus untuk membayar utang alih-alih menebar dividen. Pembayaran dividen baru bisa dilaksanakan dan menjadi tujuan BUMI setelah utang dilunasi, bersamaan dengan kinerja yang baik terus menerus.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava, mengatakan, saat ini BUMI masih dalam fase percepatan pembayaran utang.
“Ini yang menjadi prioritas utama kami dan membangun kembali kesehatan perusahaan,” kata Dileep kepada Bisnis, Kamis (1/9/2022).