Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Selasa (30/8/2022), beriringan dengan menguatnya beberapa mata uang lain di kawasan Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,37 persen atau 55,00 poin sehingga parkir di posisi Rp14.842,50 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.15 WIB terpantau melemah 0,3130 poin atau 0,29 persen ke level 108,5220.
Mata uang lain di kawasan Asia yang terpantau menguat rupee India yang naik 0,56 persen, won Korea Selatan naik 0,27 persen, yen Jepang naik 0,26 persen, dan ringgit Malaysia naik 0,20 persen terhadap dolar AS.
Di sisi lain, mata uang baht Thailand terpantau melemah 0,11 persen terhadap dolar AS melanjutkan pelemahan pada perdagangan kemarin.
Mata uang lain yang masih melemah adalah dolar Taiwan yang turun 0,09 persen, yuan China turun 0,05 persen, peso Filipina turun 0,02 persen, dan dolar Singapura turun 0,01 persen terhadap dolar AS.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam dalam riset harian mengatakan, dolar AS melonjak ke level tertinggi selama 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang pada Senin (29/8/2022).
Hal tersebut terjadi setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan suku bunga akan dipertahankan lebih tinggi dan lebih lama untuk menurunkan inflasi yang melonjak.
Jerome Powell sebelumnya mengungkapkan penolakan gagasan kemiringan dovish oleh The Fed. Dia memperingatkan bahwa konsumen dan bisnis AS harus bersaing dengan suku bunga yang lebih tinggi karena inflasi naik.
Powell juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi di negara AS kemungkinan akan melambat sebagai akibatnya.
“Pasar sekarang memperkirakan peluang sekitar 76,5 persen dari kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya pada bulan September,” ungkap Ibrahim dalam riset hariannya, Senin (29/8/2022).
Oleh sebab itu, pada pekan ini fokus pelaku pasar beralih ke data penggajian AS yang akan dirilis Jumat, yang dapat memberi The Fed lebih banyak ruang untuk menaikkan suku bunga.
Sementara itu dari domestik, Ibrahim menyampaikan sentimen datang kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang akan diumumkan oleh pemerintah pada Rabu (31/8/2022) mendatang yang hingga saat ini masih terdapat penolakan dari masyarakat.
Ibrahim memperkirakan kenaikan harga BBM Pertalite yang akan mulai berlaku pada 1 September 2022, masih berada dibawah Rp10.000 per liter dengan range kenaikan Rp1.000 sampai Rp2.500 atau sekitar 30 persen dari harga saat ini.
“Pada dasarnya tujuan kebijakan subsidi BBM untuk mengurangi beban dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, kebijakan tersebut tampaknya bukan kebijakan yang paling efektif untuk memenuhi tujuan ini,” ungkap Ibrahim.
Ibrahim menilai subsidi energi, termasuk bahan bakar minyak, menimbulkan biaya ekonomi, fiskal, sosial dan lingkungan yang signifikan. Ibrahim mengatakan, tanpa upaya luar biasa dan segera, defisit perdagangan energi bisa mencapai sekitar US$80 miliar atau 3 persen PDB pada 2040.